Jumat 21 Aug 2020 05:57 WIB

Kemiripan Sila Keempat Pancasila dengan Ungkapan Bahasa Arab

Unsur Islam tampak dalam konsep-konsep tentang adil, adab, dan rakyat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Kemiripan Sila Keempat Pancasila dengan Ungkapan Bahasa Arab. Warga melintas di depan mural bergambar Garuda Pancasila dan NKRI Harga Mati di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Kemiripan Sila Keempat Pancasila dengan Ungkapan Bahasa Arab. Warga melintas di depan mural bergambar Garuda Pancasila dan NKRI Harga Mati di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam telah mempengaruhi budaya Indonesia secara menyeluruh dan mengesankan di segala bidang. Islam terutama sangat kuat mempengaruhi budaya Indonesia di bidang kemasyarakatan dan kenegaraan. 

Dalam buku berjudul Karya Lengkap Nurcholish Madjid dijelaskan dalam perumusan nilai-nilai Pancasila sendiri, unsur-unsur Islam itu akan segera tampak dalam konsep-konsep tentang adil, adab, rakyat, hikmat, musyawarah, dan wakil. Isi sila keempat Pancasila adalah “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan perwakilan”.

Baca Juga

Menurut Nurcholish, dapat disebutkan rumusan sila keempat Pancasila itu sangat mirip dengan ungkapan bahasa Arab yang sering dijadikan dalil dan pegangan oleh para ulama, yaitu Ra's al-Hikmah al-Masyurah yang artinya, pangkal kebijaksanaan adalah musyawarah. 

Pepatah Arab inilah yang digunakan oleh H Agus Salim untuk mengusulkan kosakata hikmah (kebijaksanaan) dan musyawarah dalam sila keempat Pancasila itu. Dari contoh yang diambil dari rumusan dasar negara itu, menurut Nur Cholis, dapat diketahui unsur-unsur Islam terpenting dalam budaya Indonesia adalah di bidang konsep-konsep sosial dan politik. 

Negara Indonesia memang bukan sebuah negara yang didirikan untuk satu golongan, tetapi untuk semua yang bertanah air Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan negara didasarkan pada permusyawaratan perwakilan. 

Dalam urusan kemasyarakatan, menurut Nurcholish, Rasulullah pun diperintahkan oleh Allah untuk menjalankan musyawarah, dan untuk bersikap teguh melaksanakan hasil musyawarah itu dengan bertawakal kepada Allah (Q 3:159). 

Sejalan dengan itu, menurut dia, masyarakat kaum beriman sendiri dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai masyarakat yang dalam segala perkaranya, membuat keputusan melalui musyawarah. Menurut dia, masyarakat pimpinan Nabi dan masyarakat pimpinan empat khalifah yang bijaksana adalah masyarakat yang ditegakkan di atas dasar prinsip musyawarah.

Dalam tinjauan ajaran yang lebih mendalam, Nur Cholish menjelaskan musyawarah tidak hanya merupakan wujud rasa kemanusiaan karena didasari oleh sikap penghargaan kepada sesama manusia, tetapi juga merupakan wujud rasa ketuhanan atau takwa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement