Selasa 25 Aug 2020 14:03 WIB

Perayaan HUT RI di Awal Kemerdekaan: Catatan Panjat Pinang

Ada juga larangan melontarkan sindiran terhadap partai, golongan, dan perorangan.

Red: Karta Raharja Ucu
Panjat pinang. Perayaan HUT RI di awal kemerdekaan,
Foto: Republika/Thoudy Badai
Panjat pinang. Perayaan HUT RI di awal kemerdekaan,

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar

Pasar malam pun digelar di Lapangan Merdeka di tahun pertama Indonesia mendapat pengakuan kemerdekaan dari Belanda. Pasar malam digelar dari 17 Agustus 1950-17 September 1950. Lapangan Merdeka pernah dikenal sebagai Lapangan Ikada. Sebelumnya dikenal sebagai Pasar Gambir dan sekarang dikenal sebagai Taman Monas.

Sejak Juli 1950, pengumuman sudah dilakukan. Iklan-iklan dipasang di koran untuk menawarkan stand pameran. Jangan sampai kehabisan! Disewakan stand-stand – Tontonan – Kerajinan -- Rumah makan – Dan lain-lainnya. Disewakan tanah-tanah – Guna Tuan bangun stand sendiri.

Di hari pelaksanaan, ada lebih dari 300 stand yang ikut serta. Termasuk di antaranya perusahaan-perusahaan Belanda dan komisaris tinggi Belanda.

Hari kemerdekaan kali ini memang patut dirayakan besar-besaran setelah lima tahun menjalani masa revolusi lantaran Belanda masih merasa memiliki wilayah Hindia Belanda meski Indonesia sudah memerdekakan diri. Alhasil, setelah proklamasi kemerdekaan hingga akhir 1949, Indonesia masih harus melakukan revolusi melawan Belanda.

Malam hari di perayaan hari kemerdekaan 1950, Presiden Sukarno mengadakan pesta kebun di taman Istana yang dihadiri berbagai undangan, termasuk korps diplomatik. Saya belum menemukan catatan adanya lomba panjat pinang di tahun 1950 ini.

Catatan adanya lomba panjat pinang saya dapat di tahun 1954. Ada tiga bambu di halaman kantor Camat Gambir, Kebun Sirih. Di puncaknya ada bambu melingkar, bergantung beragam hadiah yang berkibar-kibar diterpa angin. Di bagian pucuk tiang ada hadiah berupa kain.

Tiang bambu itu dilumuri minyak. Ketika para pemanjat meluncur jatuh, penonton terbahak-bahak girang. Maka, para pemanjat memakai akal dengan menggunakan tali, kain lap, ataupun pasir untuk menghilangkan minyak di tiang sehingga licinnya berkurang.

Masih di tahun 1954 juga, di Kali Ciliwung dekat Istana disediakan perahu hias. Pengunjung membayar Rp 2. Di malam hari, di atas Ciliwung dihiasi lampu penerang. Ribuan warga mendatangi lokasi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement