Rabu 26 Aug 2020 15:31 WIB

Perlu Kombinasi Pembelajaran Daring dan Luring

Diperlukan strategi khusus yang lebih menghargai anak sebagai individu sosial

Rep: binti sholikah/ Red: Hiru Muhammad
Kampus UMS.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kampus UMS.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO--Pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Harun Joko Prayitno, menyatakan perlunya kombinasi pembelajaran daring dan luring di masa transisi kehidupan baru (new normal) pandemi Covid-19. Dia menilai, pembelajaran daring tidak bisa meneyentuh nilai rasa atau mengabaikan kepekaan sosial.

Pembelajaran daring memiliki kelebihan mampu melampaui batas ruang dan waktu sekaligus (beyond classroom). Meski demikian, hakikat pendidikan bukan hanya sekedar membuat pintar atau mengkompetensikan melalui daring. Oleh sebab itu, diperlukan strategi-strategi khusus yang lebih dapat menghargai anak sebagai individu sosial yang sedang tumbuh kembang.

Dalam era pandemi ini, lanjutnya, negara harus hadir dalam pendidikan dan pendidikan harus haidr dalam era pandemi. Tujuannya, agar anak, orang tua, dan guru tidak mengalami stres berlebihan. "Anak, orang tua, guru dan masyarakat perlu memiliki pemahaman yang jelas bahwa pendidikan harus berlanjut dan menjadi tanggung jawab bersama. Caranya dengan menempatkan sekolah sebagai sumber pendisiplinan untuk hidup bersih dan sehat, bukan dibaliknya, sekolah dianggap sebagai sumber penularan Covid-19," terang Harun saat ditemui Republika di Gedung Induk Siti Walidah Kantor Pusat UMS, di Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (25/8).

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS tersebut menegaskan, saat ini menjadi momen yang tepat untuk menanamkan dan mengamalkan pentingnya kebersihan dan kesehatan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan dan kesehatan melalui pola hidup sehat menjadi penangkal utama mencegah berbagai penyakit, salah satunya Covid-19.

"Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkankan kembali pentingnya pembelajaran dalam skala-skala terbatas, pembelajaran dalam skala-skala yang ramah lingkungan atau pembelajaran di ruang terbuka, prinsipnya pembelajaran yang sehat. Kalau upaya ini tidak segera dilakukan, akan menimbulkan kepunahan pendidikan atau kehilangan satu generasi," kata Harun.

Harun menyebut, pembelajaran daring mulai dikeluhkan khususnya pelaku pendidikan, para pendidik, anak-anak, dan orang tua. Keluhan tersebut antara lain, mulai ada kebosanan dalam menjalani proses belajar mengajar secara daring, kendala jaringan internet, hingga biaya pembelian kuota.

Oleh sebab itu, dia menyarankan perlunya menyeimbangkan antara pembelajaran daring dan luring. Selain itu, pemangku kebijakan diminta agar tidak membuat sekolah terlihat menakutkan, sumber penyakit ataupun sumber penularan Covid-19.

"Dengan adanya pembelajaran luring akan menjadi upaya dalam mengurangi tingkat stres di saat pembelajaran daring. Karena tatap muka bisa menjadi upaya mengurangi stres daring," ungkapnya.

Di samping itu, dia juga menilai perlunya pengembangan model pembelajaran baru. Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas, bisa dilakukan di tempat terbuka seperti serambi kelas atau halaman sekolah. Pembelajaran yang biasanya dimulai pagi sampai siang hari, bisa dibagi sesi pagi dan sesi siang. "Yang selama ini ukurannya cuma tugas bisa diarahkan berinteraksi lingkungan sekitar, sehingga sumber belajar tidak hanya guru tetapi lingkungan luas," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement