Senin 07 Sep 2020 12:49 WIB

Pahala Bersahabat

Bersahabat dengan orang baik membawa pahala.

Red: Irwan Kelana
Ilustrasi Sahabat Nabi. Nabi mengajurkan kepada umatnya untuk bersahabat dengan orang  baik.
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi. Nabi mengajurkan kepada umatnya untuk bersahabat dengan orang baik.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

Sifat dan perbuatan orang itu tergantung sahabatnya. Syaikh al-Zarnuji menuliskannya dalam karya monumentalnya, yakni Ta'lim Muta’allim, “Jangan kamu tanya bagaimana seseorang. Cukup kamu tahu siapa sahabatnya. Karena setiap orang pasti menuruti sahabatnya. Bila sahabatnya durhaka, maka jauhilah segera orang itu, begitu juga sebaliknya.”

Nabi SAW bersabda, “Carilah tahu tentang manusia berdasar keadaan sahabat mereka.” (HR. Ibnu Majah). Padahal setiap manusia terlahir dalam keadaan baik, seperti sabda  Nabi SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, Nabi SAW mempertegas, “Agama seseorang sesuai dengan agama sahabat dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi). Sahabat pada masa kecilnya adalah kedua orangtuanya, sedangkan sahabat pada masa remaja dan dewasa adalah orang-orang di sekelilingnya.

Bersahabat dengan orang baik membawa pahala dan bersahabat dengan orang  jahat beroleh dosa. Tentang pahala bersahabat dengan orang baik Nabi SAW bersabda dalam hadits yang ditulis Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. 

Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau kamu bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, kamu tetap mendapatkan aroma harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak kamu tetap mendapatkan kepulan asapnya yang tak sedap.”

Sahabat yang baik itu adalah saudara kandung atau siapa saja yang telah bersepakat untuk mengangkat diri jadi saudara. Apabila mereka saling mendoakan, maka akan dikabulkan, seperti Nabi SAW jelaskan, “Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (direspons). 

Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata,  “Aamiin. Kamu akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim). Inilah persahabatan yang berpahala, yang berguna di dunia dan akhirat.

Untuk mendapatkan pahala bersahabat ada sejumlah perbuatan yang dapat dilakukan. Pertama, saling berkunjung dalam keadaan lapang dan memungkinkan. Kedua, saling bertukar kabar melalui media sosial. Ketiga, saling mendoakan dalam segala keperluan dan harapan. Keempat, saling memberi bantuan berupa barang atau jasa yang dibutuhkan. 

Semua ini adalah sunah (jalan) Nabi SAW dalam bersahabat. Allah SWT berfirman, “Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata, “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku.” (QS. al-Furqan/25: 27-28).

Penyesalan akan dialami bagi siapa saja yang salah memilih sahabat ketika di dunia. Sahabat yang baik di dunia akan membawa kebahagiaan hingga di akhirat. Sedangkan sahabat yang jahat akan bersama-sama merasakan pedihnya api neraka. Untuk itu sebelum terlambat pilihlah secara akurat orang baik yang akan dijadikan sebagai sahabat.

Syaikh al-Zarnuji mengutip kata mutiara yang tertulis dalam bahasa Persia sebagai wasiat, yang maknanya, “Sahabat yang jahat lebih berbahaya dari ular berbisa. Demi Allah Yang Mahatinggi lagi Mahasuci, sahabat yang jahat akan menyeretmu ke neraka Jahim, bersahabatlah dengan yang baik, dia akan mengajakmu ke surga Na’im.”  Semoga!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement