Senin 14 Sep 2020 18:16 WIB

Uni Eropa-China Sepakati Perlindungan Pangan Ekspor

Kedua negara menghormati daftar 100 makanan yang diizinkan diekspor.

Red: Friska Yolandha
ni Eropa dan China menandatangani sebuah kesepakatan terkait perlindungan bagi produk pangan ekspor, Senin (14/9) waktu setempat menjelang diskusi perdagangan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia oleh kedua belah pihak. Perlindungan pangan ekspor itu mulai dari keju feta hingga pasta cabai Pixian.
Foto: AP Photo/Steve Helber
ni Eropa dan China menandatangani sebuah kesepakatan terkait perlindungan bagi produk pangan ekspor, Senin (14/9) waktu setempat menjelang diskusi perdagangan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia oleh kedua belah pihak. Perlindungan pangan ekspor itu mulai dari keju feta hingga pasta cabai Pixian.

REPUBLIKA.CO.ID, Brussels (ANTARA) -- Uni Eropa dan China menandatangani sebuah kesepakatan terkait perlindungan bagi produk pangan ekspor, Senin (14/9) waktu setempat menjelang diskusi perdagangan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia oleh kedua belah pihak. Perlindungan pangan ekspor itu mulai dari keju feta hingga pasta cabai Pixian. 

Keduanya akan menghormati daftar 100 makanan-minuman regional Eropa, juga 100 makanan-minuman China. Misalnya, China hanya akan mengizinkan sampanye dari wilayah Prancis sebagai minuman fermentasi anggur.

Kesepakatan ini akan diperluas juga produk cava, minuman anggur dari Spanyol, wiski Irlandia, keju feta Yunani dan ham kering dari Parma Italia, juga pasta cabai Pixian, teh putih Anji, dan beras Panjin dari China.

China adalah pasar ketiga terbesar bagi produk agrikultur Uni Eropa dan produk makanan pada 2019, dengan penjualan sebesar 14,5 miliar euro (setara Rp 257 triliun). Perjanjian baru ini menjadi keberhasilan dagang bagi Eropa, selagi produsen Amerika Serikat, Australia, atau Selandia Baru tidak akan lagi dapat menggunakan produk dalam daftar tersebut untuk ekspor ke China, meskipun ada periode transisi untuk sejumlah produk keju.

Sementara itu, Presiden China Xi Jinping dan Kanselir Jerman Angela Merkel serta pimpinan eksekutif dan ketua Uni Eropa akan menggelar perbincangan mengenai perpajakan dalam pertemuan yang semestinya telah digelar di Leipzig, Jerman, dengan kehadiran para pemimpin negara Uni Eropa.

Sikap Eropa mengeras terhadap China atas perkara wabah virus corona, yang diyakini berasal dari China, juga soal undang-undang keamanan nasional di Hong Kong yang dikritik karena dianggap merusak hak dasar masyarakatnya.

Di sisi lain, Uni Eropa menyasar komitmen yang lebih kuat dari China mengenai perubahan iklim. Ini mengingat China merupakan penyumbang polusi terbesar dunia.

Kedua belah pihak juga tengah berupaya untuk mengamankan sebuah perjanjian investasi hingga akhir tahun ini, untuk memberikan akses luas bagi negara Eropa pada pasar China serta untuk mencegah Uni Eropa meningkatkan pertahanan perdagangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement