Selasa 22 Sep 2020 16:49 WIB

Pelajaran Sejarah, Nasionalisme, dan Karakter Bangsa

Dengan belajar sejarah siswa mendapatkan ibrah dari para tokoh dari generasi lalu.

Red: Karta Raharja Ucu
Cecep Darmawan, Guru Besar UPI dan Wakil Ketua ICMI Orwil Jawa Barat
Foto: Dokumentasi Pribadi
Cecep Darmawan, Guru Besar UPI dan Wakil Ketua ICMI Orwil Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Cecep Darmawan, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dan Tim Penguatan Pendidikan Karakter Kemendikbud 2016)

Pekan ini publik diramaikan dengan isu diubahnya mata pelajaran sejarah dari pelajaran wajib menjadi pilihan dalam bocoran draft pemaparan dengan judul “Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional” tertanggal 25 Agustus 2020. Selain itu, isi draf tersebut memaparkan pelajaran sejarah Indonesia akan mengalami reduksi dan pengintegrasian pada kelas dan jenjang tertentu, serta khusus untuk SMK, pelajaran sejarah justru akan dihilangkan dalam rencana kurikulum 2021.

Menepis isu yang berkembang tersebut, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim membuat klarifikasi dalam akun instagramnya. Ia menyatakan tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi, atau perencanaan penghapusan mata pelajaran sejarah dalam kurikulum nasional.

Munculnya isu tersebut disebabkan adanya presentasi internal yang menyebar ke publik terkait dengan persoalan penyederhanaan kurikulum. Nadiem menegaskan wacana tersebut masih dalam bentuk kajian internal secara mendalam dan belum final. Bahkan ia menyebut pihaknya memiliki puluhan versi berbeda yang saat ini masih dalam proses pembahasan melalui FGD dan uji publik.

Meskipun isu tersebut masih berupa draft presentasi, setidaknya diskursus seperti itu amat disayangkan. Pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sangat penting dan amat berharga bagi pembangunan karakter bangsa Indonesia.

Pelajaran sejarah sejatinya menjadi fondasi bagi upaya manifestasi membangun kesadaran kolektif warga ke masa depan. Pendidikan sejarah tidak boleh diabaikan.

Bung Karno sebagai salah satu founding father mengingatkan agar masyarakat jangan sekali-kali melupakan sejarah alias “Jas Merah”. Melalui pelajaran sejarah, dapat dibentuk jati diri dan karakter bangsa sebagaimana yang disebutkan oleh Bung Karno sebagai “nation and character building”.

Bung Karno sangat paham untuk membangun karakter bangsa, maka rakyat tidak boleh melupakan sejarah. Di sinilah arti penting kita mempelajari sejarah perjuangan bangsa.

Untuk itu, melalui pelajaran sejarah, para siswa dapat menjadi memperkuat karakter dan jiwa nasionalismenya. Pelajaran sejarah justru akan mengakseleratif program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dari Kemendikbud.

Nilai-nilai utama dari PPK seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas dapat diinternalisasikan melalui pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah amat lekat dengan sejarah tokoh dan perjuangan bangsa Indonesia di masa lampau yang dapat memperkuat nilai nasionalisme dalam PPK. Dengan belajar sejarah, para siswa dapat memperoleh ibrah dari para tokoh dari generasi sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement