Senin 05 Oct 2020 15:20 WIB

Kembangkan Etika Jurnalistik, UMJ Resmikan Lembaga UKW

Aspek etika menjadi kian penting agar publik tidak liar setelah mengakses informasi

Red: Hiru Muhammad
Tampak suasana peresmian Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin (5/10).
Foto: dok Fisip UMJ
Tampak suasana peresmian Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seiring dengan perkembangan zaman, peran media massa modern terus meningkat pesat. Media bukan sebatas alat penyampai pesan, melainkan memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi kehidupan sebuah bangsa. 

Media massa modern selalu hadir dalam kehidupan masyarakat kontemporer yang menghadirkan perspektif baru dalam peradaban masa kini. Di sisi lain tuntutan untuk selalu memperbaharui diri sesuai dengan perkembangkan zaman juga harus senantiasa diikuti dengan penerapan prinsip jurnalistik yang menjalankan fungsi kontrol sosial. "Banyak peristiwa besar terungkap berkat kerja jurnalistik sehingga mampu menciptakan kehidupan yang lebih demokratis,"kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr Haedar Nasir dalam peresmian Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin (5/10). 

Menurutnya dalam membangun media perlu transformasi kepemimpinan dan manajemen pengelolaan media yang baik mengingat perkembangan teknologi informasi saat ini. Sehingga media tidak tergantung pada pihak lain atau kepentingan bisnis semata. Hal ini berlaku baik bagi media konvensional maupun media digital. Untuk itu aspek etika menjadi sangat penting agar publik tidak menjadi liar dalam relasi sosialnya setelah mengakses informasi. "Dengan perkembangannya saat ini, industri media perlu membuat formula baru terkait aspek etika kerja jurnalistiknya sehingga bisa menjadi kontrol bagi dirinya maupun kepada publik," tutur Haedar.

Politik menjadi sangat dominan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi ini memberikan kecenderungan seakan negara hanya berurusan dengan wacana-wacana politik karena menganggap politik sebagai panglima.  "Media perlu memberikan narasi-narasi alternatif bagi kehidupan berbangsa untuk sektor lain misalnya agama, kesehatan dan lain sebagainya. Untuk itu kehadiran dunia pendidikan menjadi  strategis dalam menawarkan oase berupa perspektif baru sesuai peradaban manusia yang utuh," kata Haedar. 

Dalam sabutannya, Prof. Dr. Syaiful Bahri, MH menyatakan LUKW ini memiliki peran yang sangat penting dalam melahirkan jurnalis yang professional dan memiliki karakter sesuai nilai Kemuhammadiyahan. Namun, LUKW UMJ tidak saja diperuntukkan bagi jurnalis yang berada di lingkungan Parsyarikatan namun juga media di luar lingkungan Muhammadiyah. "Kehadiran LUKW UMJ ini semoga menjadikan peran media massa sebagai pilar ke empat demokrasi dapat lebih terwujud," kata Syaiful.

Irfan Junaidi Direktur Pemberitaan Harian Umum Republika menilai telah terjadi pergeseran peran pers dengan adanya era digital saat ini. Media massa bukan lagi satu-satunya pemegang otoritas informasi. Bahkan media sendiri mengubah pola kerja pengelolaan informasi dengan melibatkan publik dimana media berbagi ruang dengan publik melalui banyak platform yang ditawarkan. "Situasi ini menyebabkan media massa seakan tergiur menjadi pemburu traffic saja," katanya.

Irfan juga menilai hadirnya media sosial menjadi tantangan menarik bagi industri media massa saat ini. Meski karakter sosial media berbeda dengan media massa, namun kedua jenis media ini bisa berkolaborasi menjadi sebuah kekuatan baru yang efektif dalam membentuk opini publik. Tentunya dengan tetap berpegang pada kaidah jurnalistik yang berlaku dengan memanfaatkan keunggulan yang ada di sosial media. 

Peluncuran Lembaga Launching Uji Kompetensi Wartawan Universitas Muhammadiyah Jakarta menjadi LUKW yang ke-28 di seluruh Indonesia. Sementara bagi Parsyarikatan, LUKW ini menjadi yang pertama dimiliki di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyah (PTMA) di seluruh Indonesia. Peran Muhammadiyah sendiri dalam membangun dunia jurnalistik memiliki sejarah yang sangat panjang. Memiliki produk jurnalistik tertua berwujud majalah, Suara Muhammadiyah berkontribusi pada penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional bersama organisasi Boedi Utomo sejak tahun 1921. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement