Rabu 07 Oct 2020 18:26 WIB

'Polusi Plastik Ancam Segitiga Terumbu Karang'

Perubahan iklim juga mengancam keanekaragaman di wilayah segitiga terumbu karang.

Red: Ratna Puspita
Ilustrasi pantai yang dipenuhi sampah plastik. Polusi plastik, perubahan iklim, penangkapan ikan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab mengancam keanekaragaman di wilayah segitiga terumbu karang.
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Ilustrasi pantai yang dipenuhi sampah plastik. Polusi plastik, perubahan iklim, penangkapan ikan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab mengancam keanekaragaman di wilayah segitiga terumbu karang.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktur Eksekutif Coral Triangle Center (CTC) Rili Djohani mengatakan polusi plastik, perubahan iklim, penangkapan ikan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab mengancam keanekaragaman di wilayah segitiga terumbu karang. "Tujuan CTC membantu mencari solusi untuk masalah ini dan membangun kapasitas lokal untuk konservasi laut dalam jangka panjang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang, tempat bernaungnya terumbu karang yang paling beragam di dunia," kata Rili Djohani dalam keterangan persnya di Denpasar, Rabu (7/10).

CTC memiliki visi laut yang sehat menyejahterakan masyarakat dan alam, dan misinya melatih generasi untuk menjaga ekosistem pesisir dan laut. Ia mengatakan CTC mendukung lima KKP di Indonesia, yaitu Nusa Penida, Kepulauan Banda, Kepulauan Lease, Kepulauan Buano, dan Kepulauan Sula serta dua KKP di Timor Leste, yaitu Liquica dan Atauro, serta menjadikannya sebagai kawasan pembelajaran.

Baca Juga

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, kata dia, CTC juga fokus pada program pelatihan dan pembelajaran, kawasan perlindungan laut, jaringan pembelajaran, melibatkan komunitas dan menginspirasi kelompok seperti perempuan dan pemuda.

Indonesia memiliki 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia dan semuanya tergolong langka dan dilindungi. Untuk membantu perlindungan penyu di KKP Kepulauan Sula, CTC bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula.

Sementara itu, Conservation Coordinator CTC, Evi Nurul Ihsan, mengatakan upaya yang sudah dilakukan sejauh ini untuk perlindungan penyu di KKP Kepulauan Sula adalah melakukan sosialisasi bersama dengan para mitra penegak hukum terkait, yaitu Polair, LPSPL Sorong dan PSDKP Stasiun Ambon.

"Perburuan penyu dan telur penyu masih terjadi karena mayoritas masyarakat Sula belum tahu bahwa penyu dilindungi oleh undang-undang. Untuk penguatan kapasitas masyarakat, CTC bekerja sama dengan Universitas Papua telah melakukan sosialisasi dan pelatihan konservasi dan penanganan penyu untuk masyarakat dan Pokmaswas (Kelompok masyarakat pengawas)," kata Evi.

Ia menyarankan untuk memperkuat kelompok masyarakat di wilayah pantai peneluran penyu dan perbanyak monitoring atau pengawasan pada saat musim penyu bertelur. "Jika diperlukan, silahkan telurnya direlokasi ke tempat yang aman dan sudah disediakan atau dibuatkan demplot sementara agar tidak dimakan predator seperti anjing," kata Evi.

Untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat serta wisatawan, CTC mengembangkan permainan interaktif menggunakan media tradisional. Selain itu, permainan baru dengan menggunakan teknologi digital berupa Escape Room SOS Plastic Danger untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi plastik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement