Jumat 16 Oct 2020 08:02 WIB

Razia Masker Perlu karena Kesadaran Masyarakat Rendah

Warga masih gemar berkumpul namun belum taat protokol kesehatan sehingga razia perlu

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas memakaikan masker kepada warga yang melanggar protokol kesehatan  di kawasan Jalan Menteng Atas, Jakarta, Selasa (29/9/2020). Razia gabungan tersebut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan di tengah meningkatnya angka konfirmasi positif COVID-19 di Jakarta.
Foto: Antara/Reno Esnir
Petugas memakaikan masker kepada warga yang melanggar protokol kesehatan di kawasan Jalan Menteng Atas, Jakarta, Selasa (29/9/2020). Razia gabungan tersebut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan di tengah meningkatnya angka konfirmasi positif COVID-19 di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Penegakan disiplin protokol kesehatan seperti razia masker masih perlu dilakukan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat. Pendapat ini disampaikan psikolog yang juga Direktur Minauli Consulting Medan, Irna Minauli.

"Kesulitan lain dalam menerapkan protokol kesehatan ini adalah budaya kolektivistik pada masyarakat Indonesia sehingga banyak orang yang senang berkumpul bersama sahabat dan sanak keluarganya," ujar Minauli, di Medan, Kamis.

Baca Juga

Ia menyebut mereka senang berbicara tatap muka dibandingkan harus melalui internet, misalnya via Zoom. Budaya lisan melalui bercerita dan mendengar tampaknya lebih menarik dibandingkan membaca.

"Jadi, tidak mengherankan jika tingkat literasi masyarakat tergolong rendah," ujarnya.

Minauli mengatakan mereka yang cenderung ekstrovert juga umumnya tidak tahan jika harus berlama-lama di rumah dan tidak berkumpul dengan temannya. Kelompok yang senang memamerkan keberadaannya di media sosial (medsos) akan merasa 'mati gaya' jika tidak mengunggah kegiatan sedang berwisata atau makan-makan di restoran.

"Mereka beranggapan bahwa ini adalah cara mereka mengatasi stres akibat pandemi virus corona," kata Irna.

Ia menjelaskan saat orang berkumpul tentunya sulit menjamin mereka akan tetap menjaga protokol kesehatan. "Kebersamaan dan euforia sering melonggarkan kewaspadaan seseorang," katanya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement