Selasa 03 Nov 2020 14:38 WIB

Perpanjangan GSP Bawa Angin Segar Bagi UKM

Berbagai pos tarif yang mendapat fasilitas GSP, banyak dari produk UKM.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat Muhammad Lutfi. Perpanjangan fasilitas GSP disebut membawa angin segar bagi UKM.
Foto: Republika/Prayogi
Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat Muhammad Lutfi. Perpanjangan fasilitas GSP disebut membawa angin segar bagi UKM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperpanjang preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia, membawa angin segar bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) Tanah Air. Sebab, banyak produk-produk unggulan Indonesia yang diekspor ke AS merupakan produk UKM.

Duta Besar Republik Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan, berbagai pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP, banyak yang diproduksi oleh UKM di Indonesia. Di antaranya produk mebel, perhiasan perak, hand bag, pintu kayu, dan sebagainya. 

Baca Juga

Saat terjadi disrupsi perdagangan dunia akibat pandemi Covid-19, adanya keringanan bea masuk hingga nol persen di pasar AS,  membawa angin segar bagi eksportir di Tanah Air. "GSP dinilai menjadi insentif tepat bagi produk-produk primadona Indonesia, termasuk sektor UKM, guna bersaing di pasar AS," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual dari Washington DC, AS, pada Senin (2/11) malam.

KBRI Washington DC bersama Kemendag Kemenlu dan kementerian terkait lainnya di Tanah Air, dan juga Kadin khususnya KIKAS (KADIN Indonesia Komite AS), akan segera melakukan program sosialisasi intensif kepada eksportir Indonesia. "Agar mereka dapat mengoptimalkan preferensi tarif ini," ucap Lutfi.

Lutfi mengatakan, perpanjangan GSP ini tidak terlepas dari hubungan bilateral yang dijalin sangat baik antara Indonesia dan AS. Termasuk di tingkat pemimpin kedua negara.

Fasilitas GSP sangat penting dalam membantu agar produk-produk ekspor unggulan Indonesia dapat terus kompetitif di pasar AS yang memang dikenal memiliki tingkat persaingan tinggi. "Apalagi selama ini AS merupakan pasar ekspor nonmigas terbesar kedua di dunia bagi Indonesia," ujar Lutfi.

Ia menyebutkan, pada 2019 ekspor Indonesia dengan fasilitas GSP, nilainya mencapai 2,61 miliar dolar AS. Nilai itu setara 13,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang berjumlah 20,1 miliar dolar AS. Sementara pada periode Januari sampai Agustus 2020, nilainya berjumlah 1,87 miliar dolar AS atau naik 10,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement