Kamis 05 Nov 2020 10:08 WIB

Jaringan 4G di Bulan Bisa Bikin Kacau Pengamatan Astronomi

Adanya 4G bisa menimbulkan gangguan frekuensi untuk pengamatan teleskop radio.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi bulan.
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Ilustrasi bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Teknologi semakin berkembang saat ini, seperti adanya jaringan 4G. Namun, hal itu berdampak pada astronomi.

Bulan lalu, Badan Antariksa AS (NASA) memberikan kontrak kepada Nokia 14,1 juta dolar Amerika untuk membangun jaringan telekomunikasi 4G di Bulan pada tahun 2030. Tujuannya untuk mendapatkan jaringan komunikasi dan navigasi pos terdepan bulan di masa depan.

Baca Juga

Menurut Mahasiswa Doktoral Astrofisika Universitas Manchester, Emma Alexander, sinyal jaringan tersebut dapat mengganggu para astronom yang mempelajari sinyal radio di tempat lain di alam semesta.

"Gangguan frekuensi radio (RFI) adalah musuh jangka panjang astronom radio," tulis Alexander, dilansir Futurism, Kamis (5/11).

Lebih lanjut dia mengatakan teleskop radio sudah berjuang untuk mengatasi gangguan ponsel. Sumber utama RFI baru di Bulan akan membuatnya semakin sulit untuk menyaring gangguan dan fokus pada sinyal yang sangat redup yang dicari para ilmuwan.

“RFI dapat dimitigasi di sumbernya dengan pelindung yang tepat dan presisi dalam emisi sinyal,” tulis Alexander.

Para astronom terus mengembangkan strategi untuk memotong RFI dari data mereka. Tapi, ini semakin bergantung pada niat baik perusahaan swasta untuk memastikan setidaknya beberapa frekuensi radio dilindungi untuk astronomi.

Sementara CEO SpaceX, Elon Musk menyarankan untuk membangun observatorium orbital terkait keluhan satelit Starlink-nya memblokir penelitian astronomi. Namun, Alexander berpendapat astronom radio dapat menghindari seluruh masalah ini jika mereka dapat meletakkan teleskop di sisi yang jauh dari Bulan.

“Mengamati pada frekuensi radio rendah dapat membantu menjawab pertanyaan mendasar tentang alam semesta. Seperti apa yang terjadi pada beberapa saat pertama setelah Big Bang,” ujar Alexander.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement