Jumat 06 Nov 2020 07:30 WIB

Berbicara dan Terhenti

Tantangan berbicara di depan adalah keinginan semua materi disampaikan dengan cepat.

Red: Fernan Rahadi
Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra *)

Pembaca yang kreatif, pernahkah Anda mengalami kondisi ketika melakukan presentasi yang semula lancar namun tiba-tiba terhenti? Kejadiannya mungkin sama seperti seorang guru yang akrab disapa Bunda Yuli. Ketika beliau dipilih oleh salah satu rekan guru pada saat pelatihan public speaking untuk guru-guru PAUD Terpadu Aisyiyah Mutiara Bunda di akhir pekan (24/10), Bunda Yuli membuka presentasi dengan lancar dan penuh senyuman. 

Materi awalnya tersampaikan dengan jelas. Akan tetapi beberapa saat kemudian kalimat Bunda Yuli terhenti. Audiens menunggu kalimat yang akan disampaikan dan yang muncul adalah kaliamat "Wah lali e..(wah, saya lupa-Red)".  Ternyata Bunda Yuli kelupaan dan audiens pun tertawa melihat ekspresi tulus itu. 

Pembaca yang kreatif, apa yang membuat Bunda Yuli tiba-tiba terdiam seperti itu? Menurut saya ada dua hal. Pertama ada yang membuat grogi sehingga kepikiran. Pengalaman saya dalam mengisi public speaking pada beberapa diklat, ketika meminta seseorang berbicara di depan, terlebih dahulu saya meminta orang itu untuk memandang keseluruh audiens. 

Melihat dari sisi kiri lalu ke kanan. Melihat dari depan lalu ke belakang. Kemudian saya bertanya apakah ada dari audiens yang mengganggu pikirannya sehingga membuatnya grogi? Beberapa kali peserta pelatihan menunjuk seseorang yang usianya terlihat lebih tua. 

Hal ini pernah dialami seorang pelajar ketika dalam pelatihan diklat inspiratif bersama Harian Republika.  Hal lain disebabkan karena ketokohannya.

Pak Teguh, Lurah Sentolo, pernah ditunjuk oleh seorang peserta dalam sesi diklat yang dilaksanakan BNNP DIY. Selain usia dan ketokohan, ada juga disebabkan karena salah satu audiens terlalu fokus memandang yang akan berbicara, sehingga pandangan itu membuat tidak nyaman. Bahkan ada juga yang menyampaikan karena narasumbernya, dan orang itu mengarahkan pandangannya ke saya..he..he.. 

Solusi yang saya berikan pada kondisi ini adalah meminta yang akan presentasi mendatangi orang yang membuat grogi tadi. Menyapanya, mendekatinya, dan bisa menyampaikan kalau beliau membuat grogi. 

Nanti orang yang dimaksud akan menyambut dan berbicara. Menyampaikan kalau maksudnya tidak seperti itu. Komunikasi singkat yang terjalin ini dapat membuat persepsi mencair dan membuat orang yang akan presentasi atau berbicara di depan merasa nyaman.

Pembaca yang kreatif, hal kedua yang membuat seorang yang berbicara tiba-tiba terdiam adalah khawatir mengecewakan. Tantangan seseorang berbicara di depan adalah ingin segera semua materi disampaikan dengan cepat, hingga lupa mengatur deras ujaran (kecepatan berbicara). Biar cepat selesai dan tuntas. Padahal jika materi disampaikan dalam keadaan santai maka akan muncul rasa nyaman. 

Kemudian ada yang bertanya bagaimana supaya bisa bersikap santai? Pembaca yang kreatif, pernahkah Anda menonton acara audisi penyanyi? Ketika akan mendengar sesorang bernyanyi, apakah Anda berharap suaranya fals? atau menduga-duga hasilnya? Melihat postur pernyanyi tadi, kemudian Anda berkata dalam hati "Ini kayaknya fals", atau "Gagal nih, gagal". 

Saya sangat yakin Anda tidak berharap itu terjadi. Justru, Anda akan sangat senang dan menikmati bila suara yang terdengar begitu merdu dan berkualitas.

Demikian juga dengan presentasi.  Anda yang akan melakukan presentasi. Yakinkan diri anda bahwa audiens sangat berharap Anda berhasil menyampaikan materi dengan lancar. Materi yang disampaikan bisa membuat mereka tersenyum bahkan mendapatkan inspirasi. Senang bertemu Anda dan berharap suatu saat nanti bisa ketemu Anda kembali. Sehat dan sukses selalu.

*) Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement