Sabtu 07 Nov 2020 22:59 WIB

Irman-Zunnun Mampu Jawab Pertanyaan Rival Soal Toleransi

Irman-Zunnun sebut toleransi harus diajarkan, ditirukan dan diguguhkan

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
ransportasi dengan segala kompleksitas permasalahannya, menjadi salah satu tema debat yang dibahas dalam debat kandidat Pilwali Makassar, Sabtu, 7 November 2020. Pasangan calon nomor urut 4, Irman Yasin Limpo - Andi Zunnun Armin NH, mengungkapkan, penggunaan artificial intelegencia, akan mengatasi masalah-masalah transportasi.
Foto: istimewa
ransportasi dengan segala kompleksitas permasalahannya, menjadi salah satu tema debat yang dibahas dalam debat kandidat Pilwali Makassar, Sabtu, 7 November 2020. Pasangan calon nomor urut 4, Irman Yasin Limpo - Andi Zunnun Armin NH, mengungkapkan, penggunaan artificial intelegencia, akan mengatasi masalah-masalah transportasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wali kota dan wakil wali Kota Makassar, Irman Yasin Limpo - Andi Zunnun Armin NH, berhasil menguasai panggung debat kandidat, yang dilaksanakan di studio salah satu stasiun TV nasional, Sabtu, 7 November 2020. Kandidat nomor urut 4 ini berhasil menjawab dengan tuntas pertanyaan yang diajukan panelis dan tiga rivalnya.

Soal toleransi, None - sapaan akrab Irman YL, secara tegas menyampaikan jika toleransi tidak hanya diajarkan, tapi harus ditirukan dan diguguhkan. Toleransi tidak bisa hanya dipidatokan.

"Kami programkan edukasi, sosialisasi, dan interaksi tokoh untuk menanamkan tolerasi di tengah masyarakat kita," ujarnya dalam Debat Publik yang dihelat di Jakarta, Sabtu Malam (7/11).

Salah satunya, lanjut None, adalah literasi kita suci di sekolah-sekolah. Dimana setiap hari Jumat, para siswa mengkaji kitab sucinya masing-masing.

"Yang muslim, mengkaji kitab suci Al Qur'an. Begitupun dengan yang agama lain," lanjutnya.

Selain itu, akan dibuat episentrum dimana anak-anak muda kita kembali ke rumah ibadahnya masing-masing. Interaksi antar tokoh lintas agama juga sangat penting, untuk membuat pemetaan konflik yang bisa saja terjadi.

"Melalui proses edukasi, kita tanamkan stigma radikalisme, tanpa menstigma agama agama ataupun umatnya. Anak-anak kita harus ditanamkan mengenai toleransi sejak dini," jelasnya.

Ia menuturkan, perbedaan merupakan hal yang wajar dan biasa saja. Namun, perbedaan itu harus lebur jika berkaitan dengan kemanusiaan. "Kita harus mengebalkan diri dari pikiran intoleransi, dan menjaga imunitas kita," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement