Kamis 12 Nov 2020 06:24 WIB

UPI Targetkan 15 Persen Guru Besar

UPI akan memfasilitasi percepatan dosen yang belum menempuh pendidikan doktor.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)
Foto: theguardian.com
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengukuhkan 7 guru besar. Empat orang di antaranya dikukuhkan pada Rabu, (11/11) dan 3 orang pada Kamis, (12/11).

Keempat guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., Prof. Yayan Sanjaya, M.Si., Ph.D., Prof. Dr. Topik Hidayat, M.Si., dan Prof Dr. Nahadi, S.Pd., M.Si., M.Pd.

Baca Juga

Rektor UPI Solehuddin mengatakan, hingga saat ini jumlah guru besar UPI mencapai 115 orang dari total jumlah dosen.

"Jumlah tersebut hanya sekitar 11 persen dari total jumlah dosen UPI. Sebenarnya, angka tersebut sudah ideal. Tapi saya menargetkan ke depan jumlah guru besar UPI harus 15 persen," ujar Solehuddin kepada wartawan, Rabu petang (12/11).

Menurut Solehuddin, upaya yang akan dilakukan untuk mengejar target 15 persen guru besar tersebut antara lain memfasilitasi percepatan dosen yang belum menempuh pendidikan doktor. Sebab, sebelum manjadi guru besar harus sudah lulus doktor.

"Hingga saat ini saah satu kendala belum banyaknya guru besar adalah masih banyak dosen UPI yang belum doktor. Jumlah dosen yang sudah doktor baru sekitar 45 persen. Saya menargetkan harus 65 persen," paparnya.

Selain itu, kata Solehuddin, upaya untuk mempercepat banyaknya guru besar adalah mendorong agar dosen untuk melakukan riset. Selama ini minat melakukan riset sudah banyak, namun masih harus terus dibangun.

Saat pandemi, menurut Solehuddin, produktivitas riset memang tidak maksimal. Kalau pun ada, riset dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. "Mudah-mudahan Desember nanti vaksin sudah ada, sehingga riset bisa kita digenjot kembali," katanya.

Disinggung jumlah guru besar yang paling banyak atau masih kurang, Solehuddin mengatakan untuk fakultas atau program studi (prodi) yang sudah lama, jumlah guru besarnya sudah ideal.

Sebaliknya, kata dia, prodi yang baru masih kurang guru besarnya, bahkan ada yang belum mempunyai guru besar. "Untuk itu, prioritas utama guru besar adalah di prodi yang baru berdiri, seperti Prodi Kelautan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement