Senin 23 Nov 2020 17:03 WIB

Kemenperin Tetap Dorong Produksi Kendaraan Listrik

Kendaraan listrik akan mendorong hilirisasi bahan baku baterai di Indonesia.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas mengisi daya listrik mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) (ilustrasi). Pemerintah menargetkan produksi kendaraan listrik pada 2025 sebesar 20 persen dari total produksi kendaraan nasional.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas mengisi daya listrik mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) (ilustrasi). Pemerintah menargetkan produksi kendaraan listrik pada 2025 sebesar 20 persen dari total produksi kendaraan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam program Making Indonesia 4.0, sektor industri kendaraan bermotor nasional ditargetkan akan menjadi pemain global dan ekspor. Baik jenis kendaraan berbasis bahan bakar minyak atau ICE (Internal Combustion Engine) maupun kendaraan listrik atau EV.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pemerintah juga menargetkan produksi kendaraan listrik pada 2025 sebesar 20 persen dari total produksi kendaraan nasional. Angka 20 persen termasuk di dalamnya Hybrid Vehicle, Plug in Hybrid Vehicle, Battery Electric Vehicle, dan Fuel Cell Electric Vehicle.

Baca Juga

Target tersebut akan dapat mendukung pencapaian target pemerintah dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030 (atas upaya sendiri). Target-target tersebut diharapkan dapat menarik investasi di sektor industri komponen utama (baterai, motor listrik dan power control unit) yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi.

"Selain tentunya mendorong hilirisasi bahan baku baterai di Indonesia," kata Sigit.

Produk kendaraan bermotor produksi Indonesia telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Pada Januari sampai September 2020, ekspor kendaraan CBU (Completely Build Up) sebanyak 155,25 ribu unit atau senilai Rp 28,20 triliun.

Kemudian ekspor kendaraan CKD (Completely Knock Down) sebanyak 34,72 ribu set atau senilai Rp 1,10 triliun. Sementara pengapalan komponen sebanyak 40,36 juta unit atau senilai Rp 15,20 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement