Rabu 25 Nov 2020 14:04 WIB

Penggunaan Antibiotik yang tak Tepat Sebabkan Resistensi

Penggunaan antibiotik untuk gobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus.

Red: Friska Yolandha
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dr HI Firmansyah mengatakan pemberian antibiotik tidak tepat dapat menyebabkan resistensi atau kuman menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga penyakit menjadi susah diatasi.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dr HI Firmansyah mengatakan pemberian antibiotik tidak tepat dapat menyebabkan resistensi atau kuman menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga penyakit menjadi susah diatasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dr HI Firmansyah mengatakan pemberian antibiotik tidak tepat dapat menyebabkan resistensi atau kuman menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga penyakit menjadi susah diatasi.

"Jadi, bolehkah minum antibiotik sesuka hati? Jawabannya adalah tidak. Tetapi kita harus tahu kenapa tidak boleh. Tentu tidak diperkenankan memilih antibiotik sendiri dan meminum sendiri," kata Firmansyah dalam serial webinar RSPI Sulianti Saroso diJakarta, Rabu (25/11).

Ia mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 muncul fenomena banyaknya masyarakat yang membeli obat antibiotika tanpa resep dokter, karena khawatir tertular penyakit tersebut saat di rumah sakit. Fenomena tersebut ia sayangkan karena pemberian obat antibiotik tanpa resep dokter dan dengan durasi penggunaan yang sembarangan akan membuat penggunaan obat tersebut menjadi tidak tepat sasaran.

"Kenapa antibiotik tidak tepat sasaran? Karena pengetahuan untuk memberi antibiotik atau meminum antibiotik tidak terpenuhi," katanya.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat sasaran, katanya, akan memicu kuman membentuk daya untuk menahan antibiotik itu sendiri. Sehingga di kemudian hari kuman tersebut bisa menjadi kebal terhadap antibiotik.

"Itu yang kita kenal sebagai resistensi antibiotik. Jadi, antibiotik itu bikin kumannya jadi resisten," kata Firmansyah.

Jika kuman menjadi resisten terhadap obat, maka setiap pengobatan yang ditujukan untuk memulihkan infeksi akibat kuman menjadi sulit dilakukan. Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan antibiotik secara bijak, sesuai aturan dan resep dari dokter.

Ia juga mengingatkan bahwa penggunaan antibiotik adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi akibat jamur maka kuman-kuman lain yang bermanfaat dan hidup di dalam tubuh akan ikut mati.

Demikian juga tidak tepatnya penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi akibat virus. "Virus tidak membutuhkan antibiotik sehingga kita harus jelas bahwa indikasi pemberian antibiotika adalah karena adanya infeksi bakteri. Targetnya adalah bakteri," kata Firmansyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement