Kamis 26 Nov 2020 12:37 WIB

Tahun Depan, Pemerintah Diminta Fokus Wisatawan Lokal

Masyarakat masih cenderung memilih destinasi wisata domestik dibanding luar negeri.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Warga menikmati pemandian air panas di Sari Ater Resort, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (25/11). Pengamat Pariwisata, Taufan Rahmadi, menuturkan, pemerintah harus fokus pada peningkatan kunjungan wisatawan domestik pada tahun depan.
Foto: NOVRIAN ARBI/ANTARA
Warga menikmati pemandian air panas di Sari Ater Resort, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (25/11). Pengamat Pariwisata, Taufan Rahmadi, menuturkan, pemerintah harus fokus pada peningkatan kunjungan wisatawan domestik pada tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pariwisata, Taufan Rahmadi, menuturkan, pemerintah harus fokus pada peningkatan kunjungan wisatawan domestik pada tahun depan. Di masa pandemi Covid-19, potensi destinasi wisata menjadi momentum untuk dioptimalisasikan ketimbang berwisata ke luar negeri.

"Sesuai rekomendasi dari UNWTO, pada fase survival saat ini, marketing kita harus fokus pada turis domestik," kata Taufan kepada Republika.co.id, Rabu (25/11).

Taufan berpendapat, setidaknya terdapat tiga hal yang harus difokuskan pada tahun depan agar kinerja pariwisata dapat terdongkrak kembali. Di antaranya yakni pembenahan destinasi dengan penerapan protokol kesehatan, bantuan kepada pelaku usaha dengan tepat sasaran, serta mempererat hubungan dengan negara tetangga untuk menjaring wisatawan asing.

Ia menjelaskan, kerja sama antar negara perlu kembali agar saling menguntungkan dalam memperoleh kunjungan wisatawan asing. "Travel coridor bisa dimulai dari Malaysia dan Singapura serta Australia, ini harus dimulai," kata dia.

Adapun soal bantuan bagi pengusaha, Taufan mengatakan, sejumlah program bantuan anggaran telah dialokasikan pemerintah. Salah satu yang terbesar yakni dana hibah pariwisata yang jumlahnya mencapai Rp 3,3 triliun. Bantuan tersebut, sebanyak 70 persen untuk pelaku usaha hotel dan restoran sedangkan 30 persen untuk pemerintah daerah.

Taufan mengatakan, pemerataan bantuan saat ini menjadi sangat penting agar pelaku usaha yang benar-benar membutuhkan bantuan bisa mendapatkan manfaat. "Beragam bantuan itu sebetulanya sudah dilakukan, tapi yang terpenting adalah pemerataan dan keadilan bagi semua pelaku pariwisata," kata dia.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksi, tren wisata domestik dan wisata alam akan mengalami lonjakan pada 2021.

Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Wawan Rusiawan, menjelaskan pada 2021 masyarakat masih akan cenderung memilih destinasi wisata domestik dibandingkan wisata luar negeri. Tak hanya itu, masyarakat pun akan cenderung memilih wisata alam untuk tujuan destinasi wisatanya.

"Tren wisata di masa Covid-19 yang dapat dikatakan masih berlangsung pada 2021, yang pertama adalah masyarakat masih memilih tujuan wisata domestik. Kemudian juga kita lihat wisata alam menjadi populer," kata Wawan dalam pernyataan resmi Kemenparekraf, diterima Republika.co.id, Rabu (25/11).

Wawan menjelaskan, Kemenparekraf akan memberikan fokus dominan untuk membenahi destinasi wisata domestik khususnya wisata alam. Sebab wisata alam dipastikan  menjadi primadona di tahun 2021 hingga pascapandemi nanti.

“Kemenparekraf tentu harus memberikan fokus yang lebih dominan yang bisa membenahi destinasi-destinasi wisata alam, kita ke depan harus mencari cara-cara baru bagaimana pariwisata di Indonesia bisa lebih menarik dan berkembang,” katanya.

Dalam masa pandemi saat ini, prioritas wisatawan pun bergeser pada prioritas protokol kesehatan CHSE (cleanliness, health, safety, dan environmental sustainability). Keempat hal itu menjadi faktor penting dalam proses pengambilan keputusan memilih destinasi yang bakal dikunjungi wisatawan.

Wawan pun menegaskan, pelaksanaan protokol kesehatan berbasis CHSE ini menjadi sebuah hal yang penting bagi pemerintah maupun masyarakat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement