Jumat 27 Nov 2020 16:52 WIB

Menhub: Pelabuhan Patimban Dapat Melengkapi Tanjung Priok

Pengiriman barang dari Karawang, Subang, dan Cirebon bisa via Patimban.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Foto udara proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan Pelabuhan Patimban akan menjadi pusat pertumbuhan kota metropolitan baru dalam pengembangan segitiga emas Rebana, serta diharapkan dapat menciptakan kurang lebih 4,3 juta lapangan pekerjaan baru yang terdiri dari pekerjaan dalam kawasan industri dan juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Foto udara proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan Pelabuhan Patimban akan menjadi pusat pertumbuhan kota metropolitan baru dalam pengembangan segitiga emas Rebana, serta diharapkan dapat menciptakan kurang lebih 4,3 juta lapangan pekerjaan baru yang terdiri dari pekerjaan dalam kawasan industri dan juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menegaskan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat dibangun untuk menekan biaya logistik nasional. Hal tersebut dapat terwujud dikarenakan Pelabuhan Patimban nantinya akan melengkapi Tanjung Priok.

"Sekarang di Pelabuhan Tanjung Priok itu sudah tujuh juta (arus peti kemasnya). Kita juga akan kembangkan di sana jadi saling mengisi Patimban dan Tanjung Periok," kata Budi dalam diskusi virtual, Jumat (27/11).

Baca Juga

Dia menjelaskan nantinya pengiriman barang dari daerah Bekasi, Tangerang, dan Bogor dapat melalui Priok. Sementara itu, pengiriman barang yang berasal dari Karawang, Subang, Cirebon, dan Batang nantinya dapat memanfaatkan Pelabuhan Patimban sehingga lebih efisien dari segi biaya logistik.

"Pembangunan Pelabuhan Patimban ini untuk menekan biaya logistik nasional dan meningkatkan efisiensi ekspor Indonesia, terutama untuk otomotif," jelas Budi.

Terlebih, Budi menuturkan biaya logistik di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Vietnam, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Budi mengatakan, saat ini biaya logistik nasional Indonesia masih sekitar 24 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Kita berusaha turunkan biaya logistik menjadi 17 persen dari PDB pada tahun mendatang," ujar Budi.

Untuk itu, Budi mengharapkan dengan adanya Pelabuhan Patimban nantinya akan memaksimalkan ekspor otomotif. Bahkan, kata Budi, jika kawasan industri Batang sudah selesai dibangun maka Pelabuhan patimban akan dimaksimalkan dengan baik.

"Kami harapkan Pelabuhan Patimban dapat memberikan efek yang luar biasa paling tidak juga memberikan 200 ribu lapangan pekerjaan baru," ungkap Budi.

Soft launching Pelabuhan Patimban tahap pertama ditargetkan akan dilakukan pada Desember 2020. Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 Juta TEUS, dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (keseluruhan atau ultimate).

Secara umum, Pelabuhan Patimban akan melayani jenis muatan Peti Kemas dan Kendaraan Bermotor (Car Terminal) yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. Car Terminal ini nantinya memiliki kapasitas tampung hingga 600 ribu kendaraan pertahun pada kondisi ultimate.

Dengan adanya Car Terminal di Pelabuhan Patimban diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor produk kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok. Selama ini, kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan menyumbang pada kemacetan lalu lintas khususnya ruas antara Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement