Kamis 03 Dec 2020 12:22 WIB

Pupuk Indonesia Siap Bangun Pabrik Petrokimia

Rencananya perusahaan akan membangun pabrik di Bintuni dan Kepulauan Yamdena,Maluku

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Ahmad Bakir Pasaman (kiri) memberikan bantuan pupuk kepada seorang perwakilan petani saat Pencananan Program Nasional Agro Solution PT Pupuk Indonesia (Persero) di Jember, Jawa Timur, Kamis (5/11/2020). Program yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi tersebut diharapkan dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Ahmad Bakir Pasaman (kiri) memberikan bantuan pupuk kepada seorang perwakilan petani saat Pencananan Program Nasional Agro Solution PT Pupuk Indonesia (Persero) di Jember, Jawa Timur, Kamis (5/11/2020). Program yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi tersebut diharapkan dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT. Pupuk Indonesia berencana untuk membangun dua pabrik petrokimia di Indonesia Timur. Rencana ini dilakukan perusahaan untuk bisa menjangkau ketersediaan pupuk di Indonesia timur.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Ahmad Bakir Pasaman menjelaskan rencananya perusahaan akan membangun pabrik di wilayah Bintuni dan Kepulauan Yamdena, Maluku. Untuk pabrik di kepulauan Yamdena Maluku merupakan tindak lanjut untuk pengembangan Blok Masela.

"Kami sudah ttd mou sama Inpex. untuk utilisasi gas 150mmcsfd. Nah ini, kalau bisa terwujud dengan harga baru. Kita mau bikin co production amoniak dan menthanol," ujar Ahmad di International Conference Oil and Gas, Kamis (3/12).

Ahmad menjelaskan nantinya dua pabrik petrokimia ini masing masing akan memproduksi Amoniak sebesar 250 ton per hari dan Methanol sebesar 1.000 ton per hari. Proyek ini, merupakan tindak lanjut dari kesepakatn jual beli gas dari Blok Masela yang akan diserap oleh Pupuk Indonesia.

Pemilihan wilayah Kepulauan Yamdena sendiri, kata Ahmad karena memang jaraknya yang tidak jauh dari Blok Masela. Jarak antara Blok Masela ke Kepulauan Yamdena ini berkisar 179 kilometer. Nantinya, untuk menyalurkan gas, Inpex berkomitmen untuk membangun pipa gas bawah laut.

Terkait kapan Pupuk Indonesia akan memulai pengerjaan pabrik ini, Ahmad mengatakan menunggu kepastian dari Inpex kapan akan mulai membangun pipa gas tersebut.

"Kami komunikasi sama Inpex intesif soal ini. Memang ada kendala dari mereka karena mereka harus bangun pipa itu, dan kan di dalam laut. Padahal, ada palung juga di ruas jalur pipa itu. Jadi kami masih menunggu kepastian dari Inpex," ujar Ahmad.

Sedangkan untuk pabrik pupuk di Bintuni, Ahmad mengatakan saat ini masih melakukan diskusi terkait nego harga gas oleh supplier gas yaitu Genting Oil. Nego harga ini dilakukan sebab, infrastruktur yang perlu dibangun oleh Pupuk Indonesia di Bintuni membutuhkan capex yang tidak sedikit. Maka, kepastian harga pasokan gas juga perlu dihitung agar produk punya keekonomian yang layak.

"Di Tangguh ada potensi yang sangat prospek. Saat ini sedang nego harga gas. Ada 221 mmscfd dari Genting Oil sudah available. Kami sedang nego harga karena itu kan ada capex yang harus dimanage," ujar Ahmad.

Ia menjelaskan rencananya, perusahaan akan membangun pabrik Amoniak dengan kapasitas 2.000 ton dan Pabrik Methanol dengan kapasitas 3.000 ton. Selain itu, perusahaan juga akan membangun pabrik untuk Urea dengan kapasitas 2.500 ton.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement