Senin 07 Dec 2020 15:04 WIB

MIND ID Proyeksikan Balik Modal Lebih Cepat

PTFI akan mulai membagi dividen pada pemerintah pada tahun depan 200 juta dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah Indonesia melalui MIND ID membeli saham Freeport Indonesia pada 2018 lalu. Rencananya, uang 4 miliar dolar AS yang dipinjam MIND ID dari para lender untuk akuisisi PTFI akan balik modal lebih cepat dari perkiraan.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Pemerintah Indonesia melalui MIND ID membeli saham Freeport Indonesia pada 2018 lalu. Rencananya, uang 4 miliar dolar AS yang dipinjam MIND ID dari para lender untuk akuisisi PTFI akan balik modal lebih cepat dari perkiraan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melalui MIND ID membeli saham Freeport Indonesia pada 2018 lalu. Rencananya, uang 4 miliar dolar AS yang dipinjam MIND ID dari para lender untuk akuisisi PTFI akan balik modal lebih cepat dari perkiraan.

Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak menjelaskan awalnya dari perhitungan yang dilakukan MIND ID saat roadshow mencari pinjaman untuk akusisi Freeport Indonesia diprediksi baru akan lunas membayar semua pinjaman pada 2026 mendatang. Namun, kata Orias, di tengah harga komoditas yang sedang membaik, balik modal ini bisa dilakukan lebih cepat paling tidak di awal 2025.

"Awalnya pehitungan proyeksi laba PTFI dan dividen yang akan diserahkan kepada pemerintah memakai acuan harga tembaga di 2,75 dolar AS per ton. Padahal, saat ini harga tembaga bahkan sudah di atas 3 dolar AS. Berharap, dengan kondisi ini, 2025-2026 bisa dipercepat jadi awal 2025 sudah bisa buyback," ujar Orias di Komisi VII DPR RI, Senin (7/12).

Orias merinci, PTFI akan mulai membagi dividen pada pemerintah pada tahun depan. Tahun depan, Orias memproyeksikan PTFI akan mengantongi laba sebesar 800 juta dolar AS. Artinya, PTFI akan menyetor dividen kepada negara sebesar 200 juta dolar AS. Sedangkan pada 2022 PTFI diproyeksikan akan mulai membukukan laba sebesar 1,5 miliar dolar AS dan menyetorkan deviden sebesar 500 juta dolar AS ke pemerintah.

Namun, melihat realisasi produksi dan prognosa laba di tahun ini, PTFI bisa melebihi target. Orias mengatakan, hal ini bisa menjadi titik cerah bagi keberlangsungan produksi PTFI kedepan. Sehingga, pehitungan deviden akan lebih besar dan pemerintah bisa segera menyelesaikan utang kepada para lender.

"Tahun 2020 melebihi dari yang diprediksi, secara aktual, angkanya kurang lebih 700 juta dolar AS. Tapi memang sesuai kesepakatan belum ada deviden. Dengan harga tembaga yang berbeda yang skrg juga lebih baik. Jadi ini akan lebih baik harganya. Ini kan proyeksi 2018. Tahun 2019 kan memang buruk, tapi 2020 membaik," ujar Orias.

Direktur Utama PTFI, Clayton Allen Wenas pun mengamini hal ini. Tony sapaan akrab Clayton menjelaskan, memang pada tahun ini produksi PTFI lebih baik dari traget. Pada tahun lalu, PTFI memproyeksikan pendapatan perusahaan hanya 366 juta dolar AS. Namun karena ada kenaikan harga tembaga dan emas mendorong perusahaan meningkatkan produksi.

"Hal ini kemudian yang membuat kami bisa lebih dari target. Diproyeksikan pada tahun ini kami bisa bukukan 700 juta dolar AS," ujar Tony dalam kesempatan yang sama.

Kondisi ini, kata Tony, juga mendorong perusahaan untuk bisa mencatatkan kinerja yang postifi pada tahun depan. Harapanya, dengan capaian kinerja yang baik, bisa memberikan porsi deviden lebih besar kepada pemerintah.

"Tahun depan ada produksi lebih banyak dari yang kita rencanakan. Satu hal yang paling mendorong produksi bijih, itu adalah harga. itu kan emas juga aik 1.850 dolar AS per ounce. Kalau harga naik, dan produksi sesuai jadwal pendapatan tinggi," ujar Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement