Kamis 10 Dec 2020 22:29 WIB

Tingkatkan Indeks Literasi, Perpusnas Optimalisasi SDM

Kepala Perpusnas menyebut peningkatan kapasitas SDM jadi cara tingkatkan literasi

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Muhammad Syarif Bando mengatakan pihaknya harus mampu mentransferkan ilmu pengetahuan melalui segala keterbatasan, termasuk SDM dan anggaran yang masih rendah.
Foto: Republika / Darmawan
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Muhammad Syarif Bando mengatakan pihaknya harus mampu mentransferkan ilmu pengetahuan melalui segala keterbatasan, termasuk SDM dan anggaran yang masih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budaya literasi menjadi jalan utama untuk mencerdaskan dan mensejahterakan anak bangsa. Adapun langkah ini sekaligus mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk kemajuan Indonesia.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan pihaknya harus mampu mentransferkan ilmu pengetahuan melalui segala keterbatasan, termasuk SDM dan anggaran yang masih rendah.

"Tujuan akhir kita adalah menghantarkan masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur. Maka kami membangun strategi literasi dan menjadi fasilitator untuk semua anak bangsa agar memiliki literasi pengetahuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga mampu berdaya saing," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/12).

Menurutnya salah satu mencetak SDM yang berdaya saing melalui ruang kreativitas yang dibuat perpustakaan lewat program transformasi layanan berbasis inklusi sosial. Maka begitu akan saling berbagi pengalaman, belajar secara kontekstual, dan melatih kecakapan keterampilan. 

“Jadi dengan adanya kualitas SDM memiliki kemampuan literasi yang diharapkan mampu mengerek kreativitas masyarakat dan menipiskan kesenjangan terhadap akses informasi,” ucapnya.

Syarif menjelaskan kemampuan literasi sebagai modal manusia merupakan salah satu kontributor utama bagi pertumbuhan ekonomi. Adapun individu dengan kemampuan literasi yang baik memiliki peluang besar agar sukses di pasar kerja.

"Literasi merupakan modal penting ketika memasuki persaingan global yang menjadikan manusia berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan berpikir kritis. Kata kuncinya adalah sinergi," jelasnya.

Menurutnya tumbuh kembang literasi mestinya tidak hanya dilaksanakan pada institusi pemerintah dan pendidikan formal, sehingga penting untuk membangun atensi dan mewujudkan masyarakat yang literat merupakan tugas bersama segenap lapisan masyarakat.

"Kemajuan infrastruktur dan teknologi 4.0 hendaknya sejalan dengan peningkatan SDM. Perpustakaan memainkan peran optimalisasi kapasitas SDM yang menjadi kunci Indonesia maju masa depan. Alhasil menciptakan SDM yang unggul, mandiri, dan berdaya saing era global," ucapnya.

Sementara Anggota Komisi X DPR My Esti Wijayati menambahkan saat ini yang menjadi pekerjaan rumah yakni meningkat budaya literasi di Indonesia yang masih rendah. Sebab, sekarang bukan pada membaca dan berhitung saja tapi kemampuan akses mendapatkan ilmu pengetahuan dan menerjemahkan menjadi kegiatan guna meningkatkan perekonomian dan masyarakat menjadi lebih sejahtera.

 

"Budaya literasi, infrastruktur, dan peningkatan SDM harus berjalan seiring. Untuk menciptakan SDM yang unggul, jangan hanya di perkotaan saja, namun juga hingga ke tingkat masyarakat pedesaan," ucapnya.

 

 

Diakui, hal ini menjadi pekerjaan rumah semua pihak termasuk Bappenas, Kemendikbud harus membuat upaya ini menjadi skala prioritas untuk mewujudkan SDM yang unggul. Adapun kunci utamanya adalah indeks literasi yang memadai atau tinggi, sehingga masyarakat pedesaan juga memahami dengan melakukan gerakan masif budaya literasi itu sangat penting.

"Untuk itu, kami legislatif juga akan berupaya meningkatkan anggaran literasi  karena saat ini dengan adanya pemotongan dana akibat pandemi covid-19, semua menjadi berjalan tidak maksimal," ucapnya.

Faktanya, lanjut Esti, minimnya anggaran berbagai daerah membuat budaya literasi cukup rendah dan sumber daya manusia dengan kemampuan yang terbatas. Maka itu diperlukan skala prioritas utama meningkatkan budaya literasi. 

“Hal ini demi mewujudkan keinginan bersama dan tentunya membutuhkan sinergitas yang kuat dan saling mendukung satu sama lain,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement