Senin 21 Dec 2020 02:45 WIB

Meningkat, Okupansi Hotel Indonesia Grup Capai 48 Persen

Pada November lalu, okupansi Hotel Indonesia Grup hanya 32 persen.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Jaringan Hotel Indonesia Natour. ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww/18.
Jaringan Hotel Indonesia Natour. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau Inna Group  Iswandi Said mengatakan peningkatan okupansi kamar di 14 hotel yang berada di bawah HIN pada pengujung tahun. Iswandi mengatakan jumlah okupansi kamar HIN pada Desember sudah mencapai 48 persen atau meningkat dibanding bulan sebelumnya yang hanya sebesar 32 persen.

"Ada peningkatan karena (selama pandemi) kita tidak pernah tutup, jadi saat orang sudah mulai pede travelling, mereka cari hotel yang sudah menjalankan protokol kesehatan," ujar Iswandi saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Ahad (20/12).

Baca Juga

Iswandi menilai hal ini berbeda dengan kondisi hotel yang sempat tutup selama pandemi yang membuat khawatir tamu akan kondisi kebersihan hotel. Iswandi menyebut peningkatan okupansi kamar di setiap hotel yang dimiliki HIN bervariasi. 

Iswandi mengatakan hotel-hotel HIN di Bali, Jogja, dan Sumatera Utara memiliki pertumbuhan okupansi kamar yang positif jelang akhir tahun. Iswandi menyebut total okupansi Inaya Putri Bali di Nusa Dua, Bali selama 2020 mencapai 72 persen. Hal serupa juga dialami Inna Prapat Hotel and Resorts di kawasan wisata Danau Toba, Sumatera Utara, yang hampir selalu penuh setiap bulannya, kecuali pada April.

"(Kamar hotel HIN) Jogja hampir penuh (akhir tahun) karena orang bisa mengunakan jalur darat," ucap Iswandi. 

Kendati begitu, Iswandi mengatakan hotel HIN di Surabaya mengalami peningkatan yang relatif lamban dibandingkan hotel-hotel yang ada di daerah lain. Iswandi menilai hal ini tak lepas dari posisi Surabaya yang sempat menjadi daerah dengan tingkat penyebaran covid tertinggi beberapa waktu lalu.

Secara keseluruhan, kata Iswandi, peningkatan okupansi kamar tak lepas dari keinginan masyarakat untuk berlibur. Namun begitu, Iswandi menilai masyarakat tetap selektif memilih hotel yang telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik serta memiliki Cleanliness, Health, Safety and Environment (CHSE).

"Hotel-hotel kami sudah memiliki sertifikat CHSE dari Sucofindo dan juga pemda setempat," ungkap Iswandi.

Iswandi menyebut peningkatan okupansi kamar buah dari upaya manajemen melakukan program promo pada April hingga Juni lalu. Iswandi menyebut program promo merupakan bagian dari strategi HIN dalam menyambut kembali wisatawan saat masa kenormalan baru.  

"Promonya 45 persen, bayar sekarang dan menginap kapan saja sampai 2021. Sekarang (dampaknya) terasa lumayan saat orang sudah berani terbang. Voucher yang saya jual kemarin, sudah dipakai untuk sekarang," lanjut Iswandi. 

Iswandi menambahkan, kebijakan pemerintah yang mewajibkan melakukan tes PCR sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen sebelum perjalanan darat masuk ke Bali tidak memiliki dampak signifikan bagi para calon tamu hotel HIN di Bali. Iswandi menilai hanya sedikit calon tamu yang mengubah jadwal menginap akibat kebijakan tersebut. Namun secara keseluruhan, kata Iswandi, calon tamu hotel HIN di Bali tidak membatalkan jadwal menginap. 

"Kita tidak melihat orang berbondong-bondong meminta refund (di hotel HIN). (Hotel HIN) Nusa Dua tidak ada pembatalan, mereka merasa justru semakin nyaman dan aman ke Bali," kata Iswandi menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement