Selasa 29 Dec 2020 07:47 WIB

Universitas Muslim Aligarh di India Peringati Usia 100 Tahun

Universitas Aligarh kini berhadapan dengan ancaman eksistensial dan krisis identitas.

Red: Ani Nursalikah
Universitas Muslim Aligarh di India Peringati Usia 100 Tahun. Kampus Universitas Aligarh, India.
Foto: Anadolu Agency
Universitas Muslim Aligarh di India Peringati Usia 100 Tahun. Kampus Universitas Aligarh, India.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Meski Covid-19 menghalangi perayaan 100 tahun Universitas Muslim Aligarh India (AMU) secara tatap muka, namun kontribusi institusi pendidikan itu dalam membentuk politik Muslim Asia Selatan dan koneksi dengan Turki tidak luput dari perhatian semuanya.

Universitas ini telah menghasilkan setidaknya delapan pemimpin di kawasan, lima di antaranya telah memimpin Pakistan, Bangladesh, Maladewa, dan India, dan lebih dari 50 menteri utama, gubernur, hakim agung, dan menteri pemerintah pusat selama satu abad lalu.

Baca Juga

AMU juga mendapatkan rekor penghargaan yang tak tertandingi dalam hal merawat siswanya dan membuat keberhasilan dalam sejarah. Pemikir dan pembaru abad ke-19, Sir Syed Ahmed Khan, telah mendirikan perguruan tinggi asrama modern pada tahun 1877, yang segera menjadi inkubator bagi politik Muslim Asia Selatan melawan pemerintahan kolonial Inggris.

Tempat itu ditingkatkan menjadi universitas pada bulan Desember 1920 setelah melalui perjuangan panjang. Cendekiawan Gail Minault, profesor emerita di Universitas Texas yang berbasis di AS, mengenang bagaimana mahasiswa di perguruan tinggi tersebut memangkas pengeluaran mereka untuk makanan demi mengumpulkan dana bantuan kepada Turki selama konflik Tripolitan dan Balkan pada 1912-1913.

Para mahasiswa mengumpulkan dana sebanyak 13.800 lira Ottoman, jika diubah menjadi nilai emas saat ini sama dengan 42 juta lira Turki (5 juta dolar AS). Atas perintah dari Dr. Ahmed Mukhtar Ansari, yang kemudian memimpin gerakan kemerdekaan India sebagai presiden partai Kongres (1927–1928), sebanyak 23 mahasiswa di perguruan tinggi tersebut meninggalkan sekolah mereka dan secara sukarela bekerja dalam misi medis untuk membantu Turki selama perang.

Dalam catatannya, Chaudhry Khaliquzzaman, seorang politikus ternama Pakistan, yang juga menjabat sebagai gubernur dan utusan negara di Indonesia dan Filipina, mencatat bahwa saat bermain tenis di Aligarh, Ansari meyakinkannya untuk menjadi sukarelawan membantu Turki yang sedang dalam kesulitan.

“Dia [Ansari] memberi tahu saya bahwa dia datang ke Aligarh untuk mencari beberapa remaja putra untuk pergi bersamanya guna membantunya melaksanakan tugasnya. Pada malam hari saya telah memutuskan untuk bergabung dengan misi,” tulis dia.

Di antara siswa Aligarh lainnya, yang bergabung dengan misi Ansari adalah warga asal Kashmir Pathan Abdur Rehman (Samdani) Peshawari, yang kemudian memegang gelar kehormatan untuk menjadi reporter pertama untuk kantor berita Turki Anadolu Agency, ketika didirikan pada 1920.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement