Rabu 30 Dec 2020 11:36 WIB

Whisnu: Banjir Surabaya karena Sampah dan Curah Hujan Tinggi

Ada kecenderungan kenaikan elevasi air laut dalam dua hari terakhir.

Red: Teguh Firmansyah
Pengendara motor mendorong motornya yang mogok akibat genangan air di Jalan Penjaringan Timur, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (5/12/2020). Hujan deras yang berlangsung sekitar empat jam itu menyebabkan sejumlah pohon tumbang dan beberapa kawasan di Surabaya tergenang banjir.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Pengendara motor mendorong motornya yang mogok akibat genangan air di Jalan Penjaringan Timur, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (5/12/2020). Hujan deras yang berlangsung sekitar empat jam itu menyebabkan sejumlah pohon tumbang dan beberapa kawasan di Surabaya tergenang banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menyebut tingginya intensitas curah hujan serta banyak sampah yang menyumbat saluran menjadi salah satu faktor utama penyebab seringnya terjadi banjir di beberapa titik di wilayah Surabaya bagian barat. Whisnu Sakti Buana di Surabaya, Rabu, mengatakan dari hasil evaluasi, berdasarkan laporan BMKG Juanda, ada kecenderungan kenaikan elevasi air laut dalam dua hari terakhir, sedangkan puncaknya diprediksi pada 31 Desember 2020 nanti.

"Makanya ini juga akan kita antisipasi. Kita akan rapat khusus bagaimana menangani itu agar tidak sampai ada genangan yang lebih lama," kata Whisnu.

Baca Juga

Ia menjelaskan, karena elevasi air laut naik, sehingga beberapa pompa di Balongsari itu harus dimatikan. Ini dilakukan agar air itu tidak meluber ke pemukiman warga di sekitar sehingga proses surutnya genangan yang terjadi di beberapa titik itu menjadi lebih lama. "Karena hanya satu pompa, sehingga genangan surutnya membutuhkan waktu yang lama," katanya.

Menurut dia, wilayah Barat Surabaya ini berbeda dengan Surabaya Timur. Untuk Surabaya Barat, lanut dia, minim lahan untuk resapan air karena langsung berbatasan dengan banyaknya bangunan pabrik. Hal ini berbeda dengan kondisi wilayah Surabaya Timur yang masih ada mangrove dan tambak, sehingga tidak terlalu signifikan walaupun air laut itu naik.

"Nah ini yang perlu kita evaluasi nanti di Surabaya Barat, kalau misalkan memungkinkan perlu kita rancang bikin waduk atau bozem yang lebih besar lagi," katanya.

Selain itu, Whisnu mengatakan saat terjadi banjir di Surabaya barat pada Senin (28/12), petugas Dinas PU dan Bina Marga juga menemukan limbah kasur yang menyumbat saluran box culvert. Hal itu yang kemudian mengakibatkan aliran air saat hujan deras kemarin menjadi tidak lancar, sehingga terjadi genangan.

"Di Sukomanunggal petugas menemukan tiga kasur di box culvert," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement