Jumat 08 Jan 2021 13:06 WIB

IOC Berharap Atlet Prioritas Dapat Vaksin untuk Olimpiade

Pelaksanaan Olimpiade Tokyo tertunda satu tahun karena pandemi Covid-19.

Red: Israr Itah
 Pekerja berdiri di atas tongkang membawa monumen cincin Olimpiade di tepi laut Taman Laut Odaiba, di Tokyo, Jepang, 01 Desember 2020. Monumen cincin Olimpiade telah dipasang kembali ke lokasi aslinya setelah pekerjaan pemeliharaan. Olimpiade Tokyo 2020 telah dijadwalkan ulang menjadi 23 Juli 2021, karena pandemi virus corona.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pekerja berdiri di atas tongkang membawa monumen cincin Olimpiade di tepi laut Taman Laut Odaiba, di Tokyo, Jepang, 01 Desember 2020. Monumen cincin Olimpiade telah dipasang kembali ke lokasi aslinya setelah pekerjaan pemeliharaan. Olimpiade Tokyo 2020 telah dijadwalkan ulang menjadi 23 Juli 2021, karena pandemi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat senior Komite Olimpiade Internasional (IOC) Dick Pound berpendapat bahwa para atlet harus diprioritaskan mendapat vaksin virus corona sehingga bisa terjun dalam pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang sempat tertunda satu tahun.

Anggota terlama IOC asal Kanada itu mengatakan, Olimpiade masih dapat dilanjutkan dengan partisipasi atlet massal, tetapi hanya jika mereka divaksinasi, katanya kepada media lokal Inggris yang dikutip Reuters, Jumat (8/1).

Baca Juga

"Di Kanada, di mana kita mungkin memiliki 300 atau 400 atlet, rasanya bisa untuk mengambil beberapa ratus dari jutaan vaksin yang tersedia agar bisa mewakili negara dalam acara sebesar ini. Saya rasa tidak akan ada protes publik akan hal itu," kata Pound.

"Ini adalah keputusan yang harus dibuat oleh setiap negara dan akan ada orang yang mengatakan bahwa atlet melompati antrean, tetapi saya pikir itulah cara paling realistis untuk melanjutkannya," katanya melanjutkan.

Selama kunjungannya ke Tokyo pada November, Presiden IOC Thomas Bach mengatakan para atlet akan didorong untuk mendapatkan vaksin tetapi tidak diwajibkan untuk berpartisipasi dalam Olimpiade.

Secara terpisah, Pound mengatakan kepada BBC bahwa sifat pandemi virus corona yang selalu berubah berarti tidak ada yang bisa memastikan apakah Olimpiade akan berlangsung dalam waktu kurang dari 200 hari.

"Saya tidak bisa memastikan karena masalah utama yang mencolok adalah lonjakan virus," Pound menyebutkan.

Lebih dari 15.000 atlet dari hampir setiap negara di dunia diharapkan hadir ke Tokyo untuk Olimpiade yang dimulai pada 23 Juli, dan Paralimpiade berikutnya.

Kekhawatiran apakah Olimpiade dapat diadakan di Tokyo telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena kasus Covid-19 meningkat di Jepang dan di seluruh dunia.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Kamis menegaskan kembali niatnya untuk mengadakan Olimpiade, bahkan ketika ia mengumumkan keadaan darurat di ibu kota dan prefektur sekitarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement