Sabtu 30 Jan 2021 02:13 WIB

Drone BPPTKG Pantau Jarak Luncur Awan Panas Merapi

Penerbangan drone telah dilakukan untuk mengambil foto udara di alur Kali Boyong.

Red: Bilal Ramadhan
Puncak Gunung Merapi tertutup awan terlihat dari lapangan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (29/1). Pada Jumat (29/1) aktivitas Gunung Merapi terpantau landai. Visual gunung juga tidak terlihat dengan jelas. Pada Rabu (27/1) dan Kamis (28/1) kemarin aktivitas Gunung Merapi cukup tinggi, dengan jarak guguran material mencapai 3,5 kilometer.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Puncak Gunung Merapi tertutup awan terlihat dari lapangan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (29/1). Pada Jumat (29/1) aktivitas Gunung Merapi terpantau landai. Visual gunung juga tidak terlihat dengan jelas. Pada Rabu (27/1) dan Kamis (28/1) kemarin aktivitas Gunung Merapi cukup tinggi, dengan jarak guguran material mencapai 3,5 kilometer.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menerbangkan drone untuk memastikan jarak luncur awan panas guguran yang keluar dari Gunung Merapi.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan penerbangan drone telah dilakukan untuk mengambil foto udara di alur Kali Boyong saat kejadian awan panas guguran mencapai 52 kali pada Rabu (27/1).

"Hasil foto udara menunjukkan jarak luncur awan panas pada 27 Januari 2021 mencapai 3,5 km untuk jarak miring atau 3,2 km jika dihitung jarak horizontal," kata Hanik.

Oleh sebab itu, ia mengatakan jarak luncur awan panas guguran masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan, yaitu pada jarak maksimum 5 km dari puncak Gunung Merapi.

Hanik menyebut awan panas masih berpotensi terjadi di Gunung Merapi. Daerah yang berpotensi bahaya awan panas guguran dan guguran lava adalah alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Selain itu, sambung Hanik, erupsi eksplosif juga masih mungkin terjadi di Gunung Merapi. Potensi bahaya erupsi eksplosif ini berupa lontaran material vulkanik dalam radius 3 km dari puncak.

Sejak memasuki masa erupsi efusif pada 4 Januari 2021, menurut dia, sampai saat ini aktivitas Gunung Merapi terhitung masih tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya awan panas guguran sejak tanggal 7 Januari 2021.

Bahkan pada Rabu (27/1) kejadian awan panas guguran mencapai 52 kali. Jarak luncur awan panas diperkirakan sejauh 3 km dari puncak Merapi ke arah hulu Kali Boyong dan Krasak.

Hanik mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut mengingat awan panas guguran dan lahar hujan dapat terjadi sewaktu-waktu.

"BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement