Rabu 03 Feb 2021 08:37 WIB

6.500 Pelaku Usaha Parekraf Ditarget Tersertifikasi CHSE

Pemerintah ingin menyelamatkan para pekerja di sektor pariwisata dan ekonomi

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Pengunjung pusat perbelanjaan yang telah mendapatkan sertifikat Cleanliness, Health, Safety, Environmental sustainability (CHSE) serta Indonesia Care (I Do Care) mengenakan masker di Mal Bali Galeria, Kuta, Badung, Bali, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 1.137 pelaku usaha pariwisata di Bali telah mendapatkan sertifikat CHSE yang diaudit oleh PT Sucofindo (Persero) dan konsorsiumnya dengan 994 diantaranya juga mendapatkan sertifikat I Do Care dari Kemenparekraf yang diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan wisatawan sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata yang terdampak COVID-19.
Foto: FIKRI YUSUF/ANTARA
Pengunjung pusat perbelanjaan yang telah mendapatkan sertifikat Cleanliness, Health, Safety, Environmental sustainability (CHSE) serta Indonesia Care (I Do Care) mengenakan masker di Mal Bali Galeria, Kuta, Badung, Bali, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 1.137 pelaku usaha pariwisata di Bali telah mendapatkan sertifikat CHSE yang diaudit oleh PT Sucofindo (Persero) dan konsorsiumnya dengan 994 diantaranya juga mendapatkan sertifikat I Do Care dari Kemenparekraf yang diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan wisatawan sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata yang terdampak COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan 6.500 pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) di tahun 2021.

Sertifikasi CHSE saat ini menjadi tahapan yang sangat penting bagi industri pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan menggeliatkan kembali aktivitas pariwisata. Selain itu, untuk memberikan jaminan bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi standar dan protokol kesehatan.

“Pada 2021, kita targetkan 6.500 pelaku usaha yang tersertifikasi CHSE. Namun, angka ini harus kita tingkatkan lagi dengan cara merangkul dunia usaha untuk berpartisipasi," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam Bincang-Bincang Program CHSE dan Gerakan Pakai Masker, yang digelar secara virtual, Selasa (2/2).

Sandiaga menekankan, pemerintah betul-betul ingin menyelamatkan para pekerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sandiaga juga menuturkan sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi bahwa saat ini tingkat kepatuhan masyarakat sudah di bawah 40 persen.

“Berarti hal ini perlu ada langkah strategis yang out of the box. 'It’s not about go or not go atau do or not do' pariwisata dan ekonomi kreatif tapi 'it’s about how'. Nah 'how' nya ini adalah protokol kesehatan yang ketat dan disiplin,” ujar Sandiaga.

Ia menilai, untuk mengatasi Covid-19 harus memprioritaskan aspek kesehatan. “Tidak akan mungkin sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bisa bangkit tanpa mengatasi sisi kesehatannya dan tidak mungkin ekonomi Indonesia bangkit tanpa pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Sandiaga.

Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono mengatakan, efektivitas vaksin Covid-19 memerlukan waktu yang relatif lama sekitar 2–3 tahun ke depan. Untuk itu, pihaknya menyarankan untuk terus menyadarkan masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan 3M, terutama memakai masker.

“Dengan pemakaian masker yang benar, akan menurunkan risiko tertular dan menularkan virus Covid-19 hingga 75 persen dan GPM terus berkomitmen mengedukasi masyarakat untuk memakai masker dengan cara yang benar meskipun sudah divaksin,” kata Sigit. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement