Jumat 05 Feb 2021 15:54 WIB

Pemkot Surabaya Evaluasi Operasional RS Darurat di Mal Cito

Kalau sampai ada penolakan warga, Plt Walkot Surabaya tidak akan izinkan.

Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah orang yang mengatasnamakan Perkumpulan Penghuni Pemilik dan Pedagang (P4) Cito melakukan aksi bentang poster di City of Tomorrow (Cito) Mall, Surabaya, Jawa Timur,  Rabu (3/2/2021). Mereka menolak rencana pembukaan rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19 yang berada di dekat mall tersebut.
Foto: Didik Suhartono/ANTARA
Sejumlah orang yang mengatasnamakan Perkumpulan Penghuni Pemilik dan Pedagang (P4) Cito melakukan aksi bentang poster di City of Tomorrow (Cito) Mall, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/2/2021). Mereka menolak rencana pembukaan rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19 yang berada di dekat mall tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya terus mengevaluasi operasional Rumah Sakit Darurat Covid-19 yang terletak di perbatasan Kota Surabaya dengan Sidoarjo, tepatnya di area Mal City of Tomorrow (Cito) menyusul adanya penolakan warga.

Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana di Surabaya, Jumat (5/2) mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit (RS) Siloam selaku pengelola rumah sakit Covid-19 Mal Cito menyusul adanya penolakan warga.

"Jadi kan sempat ada demo. Saya juga sudah kontak ke RS Siloam. Kalau sampai ada penolakan warga, kami tidak akan izinkan," katanya.

Whisnu memastikan, sebelum RS Darurat Covid-19 beroperasi, pengelola wajib mematuhi semua persyaratan hingga benar-benar terpenuhi, misalnya dari adanya batas tegas dengan mal hingga instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai dengan peraturan.

Bahkan, Whisnu menyampaikan tidak ada negoisiasi untuk persyaratan, yakni harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Hal itu menjadi penting demi keselamatan warga setempat.

"Karena bicara keselamatan warga itu adalah hukum tertinggi bagi kami. Lalu untuk IPAL-nya mereka siap membangun sendiri, karena itu sebagai salah satu standar utama menyangkut limbah. Jadi kita terus lakukan pendampingan," katanya.

Selain itu, Whisnu mengaku untuk saat ini RS darurat memang masih dibutuhkan, meskipun jumlah pasien di RS mengalami penurunan. Tidak hanya itu, Whisnu tetap akan memperhatikan masukan dari masyarakat, termasuk pengelola yang ada di mal hingga penghuni yang tinggal di apartemen.

"Walaupun sudah persuasif, tapi warga tetap tidak mau. Berarti harus kita tunda dulu pembukaan RS. Sambil nanti kami sosialisasikan di kelurahan dengan tokoh masyarakat," katanya.

Whisnu juga mengatakan tetap terus konsentrasi untuk menambah kapasitas tempat tidur di RS sesuai dengan Surat Edaran (SE) dari Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia. "Hingga detik ini terus kami pantau, dan rumah sakit sedang mempersiapkan itu semua," ujarnya.

Whisnu berharap ke depan tidak ada lagi lonjakan kasus yang ada di Kota Pahlawan dan berharap pandemi COVID-19 akan segera berakhir. "Kita berharap tidak ada lonjakan lagi, tetapi tetap kami persiapkan segala sesuatunya lebih matang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement