Senin 08 Feb 2021 04:03 WIB

Kesalahan Berbahaya Saat akan Menjual Gadget Second

Sebanyak 90 persen perangkat bekas masih menyisakan data sensitif penggunanya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Penjual melayani calon pembeli di salah satu gerai produk ponsel, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (21/4/2020). Kementerian perdagangan mengingatkan pelaku usaha produk handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) untuk mematuhi peraturan Internasional Mobile Equipment Identity (IMEI) dan akan memberikan sanksi bagi penjual produk ilegal berupa penarikan barang dan pencabutan izin berjualan
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Penjual melayani calon pembeli di salah satu gerai produk ponsel, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (21/4/2020). Kementerian perdagangan mengingatkan pelaku usaha produk handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) untuk mematuhi peraturan Internasional Mobile Equipment Identity (IMEI) dan akan memberikan sanksi bagi penjual produk ilegal berupa penarikan barang dan pencabutan izin berjualan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar perangkat bekas (second) masih menyisakan data sensitif pengguna. Penelitian terbaru oleh para ahli Kaspersky menemukan sebagian besar perangkat ini belum dihapus seutuhnya saat akan dijual. Alhasil, informasi pemilik sebelumnya berisiko dapat diakses oleh pihak ketiga.

Selama dua bulan, para peneliti Kaspersky menganalisis lebih dari 185 perangkat media penyimpanan, seperti kartu memori dan hard drive. Perusahaan pembuat perangkat lunak antivirus ini menemukan 90 persen data tersisa di perangkat tersebut.

Baca Juga

Dari 90 persen isian data, 16 persen memberikan akses secara langsung ke informasi tersebut, sementara 74 persen lainnya diekstraksi menggunakan ukiran file (file carving). Ini adalah metode untuk memulihkan file dari ruang yang tidak beralamat pada media penyimpanan.

Data yang ditemukan berkisar dari entri kalender berisi catatan rapat hingga foto dan video pribadi, bahkan dokumen pajak, informasi perbankan, kredensial login dan informasi medis. Semua data ini akan berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah.

Sebanyak 17 persen dari perangkat juga memasang pemindai virus. Ini berarti para pengguna yang membeli perangkat bekas mungkin berpotensi mewarisi malware pemilik sebelumnya.

“Pada dasarnya, Anda harus selalu menyimpan data di perangkat pribadi dalam keadaan terenkripsi, untuk berjaga-jaga jika perangkat hilang atau seorang mendapatkan akses tidak sah. Ketika data pribadi jatuh ke tangan yang salah, hal itu tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri, tetapi juga teman dan keluarga atau bahkan perusahaan Anda, tergantung pada jenis informasi apa yang ditemukan,” ungkap head of GreAT, Eropa, yang juga tim riset dan pengembangan Kaspersky, Marco Preuss melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement