Senin 08 Feb 2021 06:27 WIB

Sandiaga: Industri Radio Agar Lebih Inovatif di Masa Pandemi

Di era pandemi konsumsi media justru akan meningkat karena orang banyak di rumah

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Dua orang guru mengajar melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Merapi FM di Boyolali, Jawa Tengah, Senin (31/8/2020). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali memanfaatkan RSPD Merapi FM untuk siaran pendidikan guru mengajar pelajaran sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sebagai cara penunjang proses kegiatan pembelajaran jarak jauh.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Dua orang guru mengajar melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Merapi FM di Boyolali, Jawa Tengah, Senin (31/8/2020). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali memanfaatkan RSPD Merapi FM untuk siaran pendidikan guru mengajar pelajaran sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sebagai cara penunjang proses kegiatan pembelajaran jarak jauh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno berharap di tengah pandemi, industri dan platform radio bisa lebih inovatif dalam memberikan hiburan dan informasi, dengan variasi kreativitas agar tetap menjadi media edukasi bagi masyarakat.

Ia menjelaskan, subsektor radio dan musik adalah bagian dari 17 subsektor ekonomi kreatif. Radio disebutnya sebagai platform industri yang tahan banting dalam menghadapi tantangan dari masa ke masa.

Mulai dari melewati masa era televisi, kemudian internet, hingga era digitalisasi. Di tengah pandemi ini, radio diharapkan menjadi media yang mampu membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tetap memberikan informasi yang akurat bagi masyarakat

“Radio terbukti selalu menjadi media yang mampu beradaptasi dengan situasi krisis. Sepanjang sejarah, pada saat terjadi perang, bencana alam besar, dan keadaan darurat kesehatan, radio telah memainkan peran utama," kata Sandiaga, Ahad (7/2). 

Sandiaga menjelaskan, perkembangan radio yang selalu tahan terhadap zaman menjadi fakta bahwa radio adalah media yang paling universal, paling sederhana dan paling mudah diakses. Para ahli telah memperkirakan bahwa di era pandemi konsumsi media justru akan meningkat, karena semakin banyak orang yang tinggal di rumah. 

Beberapa studi misalnya yang dilakukan Rodero pada 2020 mencatat peningkatan konsumsi radio selama pandemi. Kebanyakan pendengar mendengarkan antara satu dan dua jam sehari. 

Di BBC misalnya, naik 18 persen. Di Italia, menurut Association of European Radio, jumlah pendengar meningkat 2,4 persen. Di Amerika Serikat telah terjadi peningkatan konsumsi radio sebesar 28 persen.

Di Indonesia dalam kondisi pandemi saat ini menyebabkan sejumlah radio harus berjibaku. Beberapa radio bahkan ikut mengurangi jumlah personilnya. Hasil pendataan hingga Mei 2020 dari 600 anggota Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) perusahaan radio sudah melakukan pemotongan gaji sekitar 30 persen.

“Namun, sekali diudara tetap diudara, beberapa stasiun dan jaringan radio mampu bertahan dan berinovasi, beradaptasi dengan pandemi karena radio adalah media yang sarat akan hiburan dan informasi, dengan variasi kreativitas,” ujarnya.

Sandiaga mengajak insan radio berkolaborasi dengan pemerintah melalui gerakan-gerakan gotong royong seperti #BanggaBuatanIndonesia dan ajakan untuk #BeliBuatanIndonesia. Melalui gerakan tersebut Kemenparekraf membuka peluang bagi usaha subsektor musik untuk memproduksi konten audio yang menarik. 

“Pelaku ekraf musik dapat membuat berbagai program bekerjasama dengan  media radio. Semoga dengan pelaksanaan program-program dari seluruh pemangku kepentingan dapat saling membantu dan yakin kita mampu melewati situasi sulit ini,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement