Selasa 09 Feb 2021 13:26 WIB

Banjir di Semarang karena Curah Hujan dan Pompa tak Optimal

Ganjar Pranowo mendapati dari tiga pompa air, yang berfungsi cuma satu pompa.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah warga mendorong mobil mogok akibat menembus jalur Pantura akibat banjir menerjang Kota Semarang, Jateng.
Foto: Antara/Aji Styawan
Sejumlah warga mendorong mobil mogok akibat menembus jalur Pantura akibat banjir menerjang Kota Semarang, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tingginya intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir dan tidak optimalnya pompa di sejumlah rumah pompa menjadi penyebab banjir yang menggenangi sebagian wilayah di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Setidaknya tercatat 29 titik banjir pada 10 kecamatan di kota yang letak geografisnya merupakan perpaduan daerah perbukitan dan dataran rendah atau pesisir pantai. Ratusan rumah warga dilanda banjir dengan ketinggian genangan air antara 30 centimeter hingga 2 meter.

Selain pemukiman warga, banjir juga menggenangi Rumah Sakit Islam Sultan Agung dan simpul-simpul transportasi seperti Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, serta Stasiun Tawang sejak Sabtu (6/2).

Seluruh pasien di rumah sakit tersebut terkonfirmasi aman dan menjalani perawatan di lantai dua, tiga, dan empat. Hal itu karena seluruh lantai satu terendam banjir. Selain itu, terjadi kemacetan di jalur pantura di Kota Semarang akibat beberapa ruas jalan tergenang air banjir.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang melakukan inspeksi pada Ahad (7/2), mendapati tidak optimalnya pengoperasian pompa penyedot banjir di Rumah Pompa Mberok, Kota Semarang. Dari tiga unit pompa yang terpasang, hanya ada satu pompa yang dioperasikan.

Kondisi itu karena terkendala masalah administratif antara Pemerintah Kota Semarang dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Ganjar, dalam kondisi darurat harus dilakukan tindakan cepat, termasuk pengoperasian pompa secara optimal agar genangan air cepat surut. Dia menegaskan, tidak boleh ada alasan administratif untuk menunda penanganan bencana.

Kepala UPTD Pengelolaan Pompa Banjir Wilayah Tengah Dua DPU Kota Semarang, Yoyok Wiratmoko membenarkan, alasan tidak difungsikannya semua pompa di lokasi itu karena memang belum ada serah terima secara resmi. "Itu yang mengerjakan adalah Kementerian PUPR, dan belum diserahkan ke Pemkot Semarang," katanya.

Rumah Pompa Mberok menjadi tumpuan utama penanganan banjir di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang. Banjir di Kota Semarang juga secara tidak langsung mengundang tiga menteri untuk hadir melihat langsung penanganan pascabencana dan para korban yang menderita kerugian dalam jumlah tidak sedikit.

Ketiga menteri itu adalah Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Sosial Tri Rismaharini. Saat mendatangi korban banjir di Perumahan Tlogosari Semarang, Risma bahkan harus memohon dan mengiba kepada petugas BBWS Pemali Juana untuk mengoperasikan seluruh pompa di Rumah Pompa Sungai Tenggang guna mempercepat surutnya air.

"Tolong (pompanya, red) dinyalakan semua Pak, ini masih ada genangan, biar cepat surut, terlalu lama ini kasihan warga," ujar mantan Wali Kota Surabaya itu pada Ahad malam WIB.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut, kapasitas pompa air pengendali banjir di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu harus ditambah. Pasalnya, saat ini sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan iklim yang luar biasa. Kapasitas pompa yang dipunyai saat ini hanya cukup untuk mengantisipasi limpahan air kalau curah hujannya seperti 2013.

Sedangkan perkembangan iklim yang luar biasa saat ini terlihat dari curah hujan ekstrem yang menyebabkan banjir. "Evaluasi lain dari banjir yang melanda Semarang adalah rehabilitasi drainase yang dinilai sudah tidak mampu menampung air dengan curah hujan ekstrem," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement