Selasa 09 Feb 2021 16:47 WIB

Dua Kapal Induk AS Gelar Latihan di Laut Cina Selatan

Latihan mengisyaratkan Laut Cina Selatan adalah wilayah perairan internasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kapal induk AS di Laut Cina Selatan. Ilustrasi
Foto: EPA-EFE/MC3 Jason Tarleton
Kapal induk AS di Laut Cina Selatan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dua kelompok kapal induk Amerika Serikat (AS) melakukan latihan militer gabungan di Laut Cina Selatan pada Selasa (9/2). Latihan digelar beberapa hari setelah kapal perang AS berlayar di dekat pulau-pulau yang dikuasai Cina di wilayah perairan tersebut.

"Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Nimitz Carrier Strike Group melakukan banyak latihan yang bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas antara aset serta kemampuan komando dan kontrol," kata Angkatan Laut AS, menandai operasi kapal induk ganda pertama di perairan yang dipersengketakan tersebut sejak Juli 2020.

Komandan Nimitz Carrier Strike Group Laksamana Muda Jim Kirk mengisyaratkan latihan digelar untuk menandakan bahwa Laut Cina Selatan adalah wilayah perairan internasional. "Kami berkomitmen untuk memastikan penggunaan yang sah dari laut yang dinikmati semua negara berdasarkan hukum internasional," ujarnya.

Pada 23 Januari lalu sekelompok kapal perang AS dipimpin kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki wilayah Laut Cina Selatan. "Setelah berlayar melalui perairan ini selama 30 tahun karier saya, sangat menyenangkan berada di LCS lagi, melakukan operasi rutin, mempromosikan kebebasan laut, dan meyakinkan sekutu dan mitra," kata Laksamana Muda Doug Verissimo, tokoh yang memimpin kelompok kapal perang tersebut.

Saat memasuki LCS, USS Theodore Roosevelt didampingi kapal penjelajah rudal kelas Ticonderoga USS Bunker Hill dan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Russell serta USS John Finn. “Dengan dua pertiga perdagangan dunia yang melewati wilayah yang sangat penting ini, sangat penting bagi kami untuk mempertahankan kehadiran kami dan terus mempromosikan tatanan berbasis aturan yang memungkinkan kita semua untuk makmur,” ujar Verissimo.

AS dan beberapa negara Asia Tenggara telah menentang klaim Cina atas Laut Cina Selatan. Beijing diketahui mengklaim sekitar 80 persen dari wilayah perairan tersebut, termasuk sebagian besar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Vietnam serta Kepulauan Paracel dan Spartly. Klaim Negeri Tirai Bambu juga tumpang tindih dengan ZEE anggota ASEAN lainnya, yakni Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement