Senin 15 Feb 2021 10:43 WIB

Silaturahim dan Nostalgia Ala Ba'asyir

Kunjunga Ba'asyir ke Gontor dan Tebu Ireng hanya silaturahim.

Red: Joko Sadewo
Abu Bakar Baasyir.
Foto: RENO ESNIR/ANTARAFOTO
Abu Bakar Baasyir.

Oleh : Agus Yulianto*

REPUBLIKA.CO.ID, Dengan alasan pertimbangan kemanusiaan dan kesehatan, maka pada 18 Januari 2019, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud atau yang juga biasa dipanggil Ustadz Abu dan Abdus Somad, dinyatakan berstatus bebas tanpa syarat. Adalah Yusril Ihza Mahendra yang menyampaikan itu atas instruksi Prediden Jokowi

Tentu saja, kabar bebasnya pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang juga salah seorang pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu'min itu, disambut suka cita para santri dan pendukungnya. Betapa tidak, pada 16 Juni 2011 lalu, Ba'asyir dijatuhi hukuman penjara 15 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pasalnya, Ia dinyatakan terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan mendukung terorisme di Indonesia.

Ulama yang lahir di Jombang, Jawa Timur pada 17 Agustus 1938 itu, adalah tokoh Islam Indonesia keturunan Arab. Ia juga pernah menjalani pendidikan sebagai santri Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1959) dan alumni Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah (1963).

Perjalanan hidupnya dimulai dengan menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Solo. Selanjutnya ia menjabat Sekretaris Pemuda Al-Irsyad Solo, kemudian terpilih menjadi Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (1961), Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, memimpin Pondok Pesantren Al Mu'min (1972) dan Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), 2002. Bahkan, pada Maret 1972, Ba'asyir mendirikan Pesantren Al-Mu'min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bersama dengan Abdullah Sungkar.

Namun, dalam perjalanan hidupnya pula, banyak tuduhan yang disematkan kepadanya. Berbagai badan intelijen dalam dan luar negeri menuduh Ba'asyir sebagai kepala spiritual Jemaah Islamiyah (JI), sebuah grup separatis militan Islam yang mempunyai kaitan dengan al-Qaeda. Ba'asyir membantah menjalin hubungan dengan JI atau terorisme.

Hingga akhirnya, pada 16 Juni 2011, Ba'asyir dijatuhi hukuman penjara 15 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan setelah dinyatakan terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan mendukung terorisme di Indonesia. Hukuman badan di balik jeruji besi itu pada akhrinya harus dijalani Ustaz Abu Bakar Ba'asyir.

Sampai kemudian dengan alasan pertimbangan kemanusiaan dan kesehatan--ustaz yang telah berusian 81 tahun itu--maka pada 18 Januari 2019 dinyatakan berstatus bebas tanpa syarat. Baasyir sendiri keluar dari Rutan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, pada Jumat (8/1/2020) sekitar pukul 05.20 WIB. Dia dan rombongan langsung menuju Sukoharjo menggunakan jalur darat.

Dalam satu kesempatan, mantan terpidana kasus terorisme ini menegaskan akan tetap berada di jalur dakwah setelah bebas murni dari tahanan Gunug Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Itu setidaknya dijelasakan oleh anak Baasyir, Abdul Rochim Baasyir bahwa ayahnya akan fokus mengurusi pesantren dan berdakwah di rumah.

 

Hanya, saja dakwahnya tentu juga tidak akan semasif dulu mengingat usianya sudah tidak muda lagi. "Kalau rencana beliau sih akan lebih banyak fokus di pesantren. Dakwah secara umum, tidak seperti dulu harus ke mana-mana, sudah tidak memungkinkan itu kondisinya," katanya.

Dan itulah yang kini terlihat. Sebelum melaksanakan aktivitas berdakwahnya, Ustaz Ba'asyir melakukan kunjungan ke pesantren Darussalam Gontor dan Tebuireng pada Kamis (11/2) lalu.

Ustaz Abdul Rochim yang akrab dipanggil Ustaz Iim menyampaikan, agenda kunjungan itu silaturahmi seperti biasa. Dalam silaturahminya , Baasyir berbicara tentang pesantren, pendidikan, dan situasi keumatan.

"Obrolan para kiai, lebih kepada hal-hal seperti itu, intinya silaturahmi karena memang sejak di dalam, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir memang berkeinginan untuk silaturahmi kepada para ulama," kata Ustaz Rochim kepada Republika, Sabtu (13/2).

Ya, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir memang sudah bertekad pasacabebasnya, Insya Allah, akan mengisi waktunya dengan silaturahmi. Serta menerima tamu-tamu di rumah. Karena memang faktor usia, sudah tidak bisa melakukan kegiatan yang berat seperti tabligh akbar.

Tak hanya pesantren Darussalam Gontor saja yang menjadi tujuan lawatan silaturahminya pada Kamis (11/2) itu. Ustaz Ba'asyir juga melakukan silaturahim ke pondok pesantren yang lebih tua dari Gontor, yakni pesantren Tebu Ireng yang didirikan oleh tokoh Nahdlatul Ulama (NU) penyeru Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1899.

Di Gontor, pesantren tempat Ustaz Abu Bakar Ba'asyir menimba ilmu ini, rombongan disambut dengan hangat para pimpinan pesantren KH Hasan Abdullah Sahal, Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi dan KH Akrim Mariyat.

KH Hasan Abdullah Sahal mengatakan, kunjungan Ustaz Ba’asyir ke pesantrennya hanya untuk silaturahmi, ziarah kubur, dan juga bernostalgia. “Ziarah kubur sama kita, itu kan sekelas saya dulu, saya kelas biasa dia kelas eksperimen,” ujar Kiai Hasan.

Ustaz Ba’asyir memang merupakan salah satu alumni Pesantren Gontor. Karena itu, Kiai Hasan dan Ustaz Ba’asyir bernostalgia saat menjadi sama-sama santri dulu. Tidak ada perbincangan yang sangat serius dalam pertemuan tersebut.

“Nggak ada kumpul-kumpul, nggak ada acara. Cuma cerita-cerita biasa membahas kenang-kenangan dulu. Ngobrol nostalgia saja waktu zaman itu,” kata Kiai Hasan Abdullah. 

Memori nostalgia seakan terulang di benak Ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang dulu pernah mengenyam pendidikan langsung dengan para pendirinya. Hari itu, menjadi momen silaturahim dan temu kangen dengan putra-putra beserta anak cucu pendiri pesantren Gontor.

Ya, lawatan silaturahmi Ustaz Abu Bakar Ba'asyir itu bertujuan untuk menjalin ukhuwah Islamiyyah dan ukhuwah imaniah. Dan ini diharapkan akan menjadi tali penghubung dan pemersatu umat Islam di Indonesia yang dicintai.

Sehingga, dengan umat Islam bersatu, Indonesia menjadi negara yang diridhoi oleh Allah, mejadi Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur, kemudian barakah dari langit maupun dari bumi bisa dinikmati seluruh warga negara. Semoga….!

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement