Senin 01 Mar 2021 07:18 WIB

Produksi Nikel Vale Tahun Ini Bergantung pada Harga

Tahun 2020 lalu Vale Indonesia berhasilkan membukukan penjualan sebanyak 72.846 ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Sebuah dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, belum lama ini.
Foto: FOTO: Antara/Basri Marzuki
Sebuah dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Vale Indonesia belum bisa merinci berapa produksi nikel pada tahun ini secara pasti. Sebab, produksi tahun ini akan sangat bergantung pada kondisi harga nikel dunia.

Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto menjelaskan perusahaan memproyeksikan volume produki nikel dalam matte di tahun ini di bawah 70.000 ton. Angka ini memang turun dari realisasi produksi pada tahun lalu sebesar 72.237 ton.

Baca Juga

"Proyeksi penjualan dan produksi di tahun 2021 akan ditentukan oleh pergerakan harga dan volume produksi nikel. Perusahaan ini akan semaksimal mungkin memanfaatkan peluang kenaikan harga komoditas tersebut," ujar Bernadus, Senin (1/3).

Ia mengatakan realisasi volume penjualan tahun lalu sebanyak 72.846 ton. Volume produksi tersebut tentu akan mempengaruhi nilai penjualan yang diperoleh perusahaan. Namun, kinerja perusahaan ini tetap bisa tumbuh lebih baik jika harga nikel global berada dalam tren yang positif.

“Kalau harga nikel tetap dalam level yang tinggi, bisa saja dengan produksi yang lebih rendah angka penjualannya akan sama atau lebih tinggi,” kata Bernadus.

Selain itu, penurunan produksi perusahaan karena perusahaan memiliki rencana melakukan pembangunan ulang (rebuild) tungku atau furnace 4 pada tahun ini. Proyek ini akan memakan waktu selama 5 bulan dari bulan Mei sampai November 2021. Dengan demikian, volume produksi perusahaan di tahun ini akan berkurang dibandingkan tahun lalu.

Bernardus menilai, tren kenaikan harga nikel masih berpotensi berlanjut di masa depan. Hal ini didukung oleh semakin meningkatnya adopsi kendaraan listrik, sehingga kebutuhan akan nikel bertambah.

Untuk mengoptimalkan momentum kenaikan harga nikel, Manajemen terus berusaha menjaga biaya agar marjin per ton produk bisa meningkat saat harga nikel sedang tinggi.

Di sisi lain, perusahaan juga harus menjaga kesinambungan usaha dan memastikan bahwa semua asetnya dapat beroperasi dengan aman. “Jadi, beberapa rencana perbaikan tetap dieksekusi supaya kegiatan operasi lebih reliable ke depan,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement