Jumat 05 Mar 2021 13:53 WIB

Adaro Anggarkan Capex 300 Juta Dolar AS pada Tahun Ini

Investasi ini akan difokuskan perusahaan untuk operasional produksi dan maintance.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir (kanan) menjelaskan pada tahun ini perusahaan menganggarkan 200-300 juta dolar AS.
Foto: Antara/HO/pras
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir (kanan) menjelaskan pada tahun ini perusahaan menganggarkan 200-300 juta dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk pada tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditur sebesar 200-300 juta dolar AS. Dalam kondisi ekonomi yang masih tak menentu perusahaan perlu melakukan efisiensi dan kehati-hatian dalam investasi.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menjelaskan pada tahun ini perusahaan menganggarkan 200-300 juta dolar AS. Nantinya, investasi ini akan difokuskan perusahaan untuk operasional produksi dan maintance.

Baca Juga

Pada tahun lalu, perusahaan merealisasikan investasi sebesar 169 juta dolar AS. Realisasi ini memang lebih rendah daripada panduan belanja modal sebesar 200-300 juta dolar AS.

"Pengeluaran belanja modal pada tahun lalu digunakan untuk pembelian dan pergantian alat berat dan pengembangan AMC," ujar Garibaldi, Jumat (5/3).

Perusahaan pada tahun lalu mampu membungkus pendapatan sebesar 2,5 miliar dolar AS. Pendapatan ini berimbas pada pembukuan laba sebesar 405 juta dolar AS pada tahun lalu.

Ia menjelaskan situasi pandemi Covid-19 membuat permintaan batubara baik di pasar ekspor maupun domestik mengalami penurunan yang tajam. Meski begitu, kata Garibaldi, perusahaan tetap berupaya untuk menjaga performa perusahaan.

Garibaldi menjelaskan perusahaan mampu mencapai EBITDA operasional sebesar 883 juta dolar AS. Angka ini melebihi target yang dipasang oleh perusahaan pada tahun lalu sebesar 600-800 juta dolar AS.

Meski EBITDA operasional melampaui target, namun karena pandemi, tak bisa menampik kondisi keuangan perusahaan. Realisasi pendapatan di tahun ini turun 27 persen dibandingkan realisasi 2019. Sedangkan laba inti perusahaan turun 36 persen dibandingkan realisasi 2019.

"Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi Covid-19 memberikan tekanan yang besar terhadap permintaan batubara dan harga batubara global pada 2020 memang mengalami penurunan," ujar Garibaldi.

Ia menjelaskan kedepan perusahaan akan tetap berupaya menjaga kondisi keuangan dan kinerja operasional perusahaan seiring dengan pemulihan ekonomi. "Kami terus berfokus pada keunggulan operasional dan langkah efisiensi karena masih adanya faktor ketidakpastian," tambah Garibaldi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement