Rabu 31 Mar 2021 15:53 WIB

Dirut MIND ID Sebut Biaya Smleter di Weda Bay Lebih Murah

Dengan membangun mandiri di Gresik, Freeport harus mengambil utang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan untuk membangun pabrik smelter butuh modal yang tidak sedikit. Padahal, PT Freeport Indonesia harus membangun pabrik tersebut sesuai amanat undang-undang.
Foto: Intan Pratiwi/Republika
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan untuk membangun pabrik smelter butuh modal yang tidak sedikit. Padahal, PT Freeport Indonesia harus membangun pabrik tersebut sesuai amanat undang-undang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan untuk membangun pabrik smelter butuh modal yang tidak sedikit. Padahal, PT Freeport Indonesia harus membangun pabrik tersebut sesuai amanat undang-undang.

Ia pun menjelaskan opsi pembangunan smelter di Weda Bay, Halmahera Tengah bersama investor dinilai jauh lebih murah bagi PTFI. Sebab jika membangun secara mandiri di Gresik, otomatis perusahaan itu harus mengambil utang kembali.

Baca Juga

"Kalau di Gresik itu, berarti semua investasi ditanggung sendiri oleh Freeport. Dan itu pasti harus memakai skema pinjaman," ujar Orias di Komisi VII DPR RI, Rabu (31/3).

Padahal, kata Orias ketika PTFI mengambil utang kembali maka MIND ID selaku induk holding juga akan kena tanggungan utang tersebut dan akan mengoreksi deviden.

"MIND ID sebagai pemegang 51 persen saham Freeport, akan kena tanggungan 1,5 miliar dolar AS. Biaya tersebut akan masuk dalam biaya operasional Freeport yang berpotensi mengurangi laba," ujar Orias.

Sedangkan jika dibangun di Halmahera, biayanya tidak sebanyak itu sebab saham Freeport ditaksir hanya 25 persen di sana. "Sisanya Tsingshan (dari China) supaya dana yang dikeluarkan Freeport tidak besar. Itu hitung-hitungan kenapa kita pertimbangkan di sana (Halmahera)," kata Orias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement