Selasa 06 Apr 2021 06:04 WIB

Diperintah KSAD, Mayjen Maruli Simanjuntak Tangani Banjir

Kodam Udayana fokus tangani jembatan putus di NTT akibat banjir.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Panglima Kodam (Pangdam) IX/Udayana, Mayjen Maruli Simanjuntak.
Foto: Dok Kodam Udayana
Panglima Kodam (Pangdam) IX/Udayana, Mayjen Maruli Simanjuntak.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kodam IX/Udayana fokus dalam menangani jembatan putus akibat dari banjir yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). TNI AD bakal menerjunkan personel untuk membantu warga korban bencana.

"Dalam arahan KSAD agar nantinya untuk daerah terdampak banjir dan ada jembatan yang putus, segera laporkan ruas panjang jembatan penghubung yang rusak dan putus akibat diterjang banjir sehingga memudahkan untuk segera ditangani satuan TNI AD yang membidanginya," kata Panglima Kodam IX/Udayana, Mayor Jenderal (Mayjen) Maruli Simanjuntak, di Kota Denpasar, Bali, Senin (4/5).

Di antara jembatan yang putus dan rusak adalah Jembatan Benenain di Kabupaten Malaka, NTT. Jembatan itu melintasi Sungai Benenain, salah satu sungai utama di sana.

Dalam konferensi pers dengan Kepala Staf Angakatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa, pada Ahad (4/4), di Ruang Yudha PuskodalopsKodam IX/Udayana, Maruli menjelaskan, banjir yang terjadi di NTB sebelumnya sudah diantisipasi sejak lama.

"Banjir yang terjadi sejak 2 April 2021 itu disebabkan penanaman jagung secara sporadis oleh masyarakat sehingga bukit-bukit di wilayah Kabupaten Bima menjadi gundul. Ketika terjadi curah hujan yang dengan intensitas sedang dan tinggi kurang lebih selama sembilan jam tanpa henti, itu yang mengakibatkan banjir," kata Maruli.

Baca juga : Bupati Flores Timur: Evakuasi Korban Masih Dilakukan

Saat itu, Maruli menjelaskan, komandan Korem 162/WB telah berkali-kali mengerahkan anggotanya untuk menanam pohon di bukit-bukit tersebut. Total ada 30 ribu bibit pohon yang ditanam, tetapi setelah ditinggalkan tanaman itu dirusak kembali.

Adapun dampak banjir di NTB menggenang tujuh kecamatan, 34 desa dengan 9.245 KK dan 27.808 jiwa, yang mengakibatkan kerugian sebanyak 4.643 rumah terendam, tiga jembatan penghubung rusak, enam fasilitas pendidikan, tiga perkantoran dan tempat ibadah, termasuk 294 hektare lahan pertanian serta 25 hektare lahan perikanan terendam air.

Adapun korban jiwa dalam bencana itu ada dua orang meninggal dunia karena hanyut dan 23.759 orang mengungsi sementara ke daerah yang lebih tinggi. Sementara untuk wilayah NTT, ada enam kabupaten, dua kota, 29 kecamatan, tiga kelurahan, dan 75 desa.

Kerugian banjir membuat 1.122 rumah terendam, 10 jembatan rusak, satu fasilitas pendidikan, 320 hektare lahan pertanian, satu tempat ibadah dan jaringan komunikasi terputus. Selain itu, kata dia, dampak yang diakibatkan juga adanya korban jiwa, termasuk juga diperkirakan masih ada yang hilang dan masih terus dicari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement