Selasa 06 Apr 2021 05:58 WIB

Pasokan Terbatas, Vaksinasi Fokus ke Lansia dan Guru

Kelompok lansia memiliki risiko lebih besar

Red: Budi Raharjo
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/3/2021). Vaksinasi Astrazeneca terhadap 100 kyai muda NU tersebut sebagai bentuk upaya untuk menangani pandemi COVID-19 sekaligus sosialisasi kepada masyarakat bahwa vaksin Astrazeneca aman dan halal.
Foto: Antara/Moch Asim
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/3/2021). Vaksinasi Astrazeneca terhadap 100 kyai muda NU tersebut sebagai bentuk upaya untuk menangani pandemi COVID-19 sekaligus sosialisasi kepada masyarakat bahwa vaksin Astrazeneca aman dan halal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan mengatur kembali pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat karena terbatasnya pasokan vaksin saat ini. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, pemerintah akan memprioritaskan kelompok lanjut usia (lansia) dan tenaga pengajar dalam vaksinasi beberapa waktu ke depan.

"Dengan adanya keterbatasan vaksin di bulan April ini kita arahkan agar disuntikkan, terutama untuk para lansia," kata Menkes Budi usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (5/4).

Ia menjelaskan, prioritas ini berdasarkan risiko paparan Covid-19. Berdasarkan data Kemenkes, dari 1,5 juta orang yang terpapar Covid-19, sebanyak 10 persen di antaranya merupakan lansia. Namun, jika dilihat dari tingkat kematian, kelompok lansia memiliki risiko sebesar 50 persen. Sementara, untuk tingkat kematian di kelompok nonlansia `hanya' sekitar 10 persen.

"Dari 1,5 juta yang sudah terpapar, yang lansia di atas 60 tahun hanya 10 persen. Tapi, dari 100 persen yang wafat, lansia itu 50 persen. Jadi, kelihatan sekali bahwa teman- teman kita yang di atas 60 tahun itu berisiko sangat tinggi," ujar dia.

Menkes menyampaikan, kelompok lansia ini merupakan kelompok paling rentan untuk terpapar Covid-19 dan meninggal dunia. Karena itu, pemberian vaksinasi pada April ini akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk lansia. Jika terdapat sisa jatah vaksin dari para lansia, selanjutnya akan diberikan kepada para guru.

Baca juga : Rasio Vaksinasi Indonesia di Bawah Rata-Rata Dunia

"Kalau ada jatah sisanya, kita suntikkan ke guru karena rencananya semua guru akan divaksinasi sampai Juni karena Juli sekolah secara bertahap sudah kita buka," tambah dia.

Berkurangnya pasokan vaksin Covid-19 di Tanah Air ini merupakan dampak dari embargo vaksin di negara lain. Menkes menjelaskan, embargo vaksin terjadi karena berbagai negara di dunia, termasuk Eropa, India, Filipina, Papua Nugini, dan di Amerika Selatan mengalami gelombang ketiga kasus Covid-19.

"Sehingga, akibatnya negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi-lokasi tersebut yang terjadi lonjakan ketiga atau third wave mengarahkan agar vaksinnya tidak boleh keluar, hanya boleh dipakai di negara masing-masing," kata Menkes.

Embargo vaksin Covid-19 ini pun berdampak pada pengiriman vaksin ke ratusan negara di dunia, termasuk ke Indonesia. Menurut Budi, jatah pengiriman vaksin Covid-19 untuk Indonesia yang seharusnya sebanyak 30 juta dosis untuk Maret dan April pun harus dipangkas. Pada periode tersebut Indonesia hanya menerima sebanyak 20 juta dosis vaksin.

"Jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk Maret dan April masing-masing 15 juta dosis atau totalnya dua bulan adalah 30 juta dosis, kita hanya bisa dapat 20 juta dosis, atau dua per tiganya," ujar dia. (dessy suciati saputri, ed:mas alamil huda)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement