Selasa 20 Apr 2021 14:11 WIB

Kartini Melawan Kejumudan Zaman dengan Budaya Ilmu

Kisah Kartini selalu memberikan banyak prespektif.

Red: Agung Sasongko
Lukisan Kartini (tengah)
Foto:

Perlawanan Kartini Terhadap Kejumudan

Penolakan-penolakan yang tumbuh dalam diri Kartini tidak lain adalah hasil ia membaca akan buku-buku dan pengetahuannya tentang Belanda. Ia menemukan bahwa bangsa Belanda tidak mengenal sistem sosial semacam ini, mereka memandang manusia bukan dari kedudukan atau gelar kebangsawanannya. Sifat demokratik, yang ingin sekali Kartini terapkan dalam lingkungannya sendiri.

Kartini hadir ditengah-tengah masyarakat untuk memihak pada kelompok yang ditindas oleh struktur kolonial pada zamannya. Kelompok yang dibela khususnya adalah perempuan serta kaum miskin. Kartini pada masa tersebut merupakan sosok perempuan intelektual yang sudah memiliki pemikiran modern. 

Kartini mengenal pemikiran modern melalui buku-buku dari kakaknya, Sosorokartono. Kemudian Kartini menyebarkan gagasan maupun ide yang dimiliki dengan menulis, kemudian mengenalkan buku-buku kepada adiknya, serta mendirikan sekolah untuk perempuan dan kaum miskin di wilayah karisedenan Jepara yang dipimpin oleh Ayahnya. 

Kartini yang melihat perempuan Jawa di negara jajahan ditindas oleh struktur kolonial serta sudah ditakdirkan hanya mengurusi urusan rumah tangga seperti masak (memasak), manak (melahirkan atau memenuhi kebutuhan seks suami), serta macak (bersolek) dibongkar dan disadarkan melalui pendidikan yang digagasnya.  

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.

(QS. Al-Baqarah ayat 102)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement