Kamis 22 Apr 2021 16:34 WIB

Kemungkinan Virus Berhasil Bermutasi Hanya 4 Persen

Proses mutasi kadang kala justru bisa mematikan virus tersebut. 

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Ratna Puspita
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio
Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan peluang virus Covid-19 bermutasi sebenarnya hanya sebanyak 4 persen. Namun, jika virus itu berhasil bermutasi maka biasanya bentuknya akan lebih kuat karena dia berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 

Ia mengatakan, mutasi tidak selalu menguntungkan virus tersebut. Proses mutasi kadang kala justru bisa mematikan virus tersebut. Ada pula mutasi yang justru menyebabkan virus tersebut menjadi lebih lemah. 

Baca Juga

"Ada mutasi yang malah menyebabkan dia mati. 40 persen mutasi itu menyebabkan virusnya mati. 30 persen menyebabkan virusnya malah menjadi lemah. Hanya sekitar kurang dari 30 persen tidak menyebabkan apa-apa. Nah, yang bisa menyebabkan virus itu tambah vit terhadap lingkungannya hanya sekitar 4 persen," kata Amin, dihubungi Republika, Rabu (21/4). 

Saat ini, ia mengatakan, EIjkman sedang meneliti adanya kemungkinan mutasi lokal di Indonesia. Secara keseluruhan, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman saat ini menganalisis sekitar 1.140 virus. 

Menurutnya, jumlah itu masih jauh dari cukup jika dibandingkan dengan negara lain seperti Inggris. "Tapi ini sudah menaik tajam. Kita berharap, tahun ini 5.000 sampai 10 irbu virus yang akan di-sequence. Itu untuk bisa mendeteksi kalau ada varian atau mutan baru yang memiliki potensi merugikan," kata dia menjelaskan. 

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman melihat kemungkinan virus tersebut berubah dan lebih merugikan. Setidaknya, terdapat empat kemungkinan ketika virus tersebut berhasil bermutasi. Kemungkinan pertama yakni bisa menular lebih cepat atau lebih banyak orang yang tertular. 

Selain itu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga menganalisis apakah virus tersebut bisa keluar atau tidak terdeteksi dari diagnosis tes PCR. Kemungkinan ketiga yakni melihat apakah virus tersebut dapat menyebabkan gambaran klinis yang berbeda, baik bisa menulari orang yang sudah pernah sakit, penyakitnya tambah berat, atau ada gejala khas.

Kemungkinan keempat yang diteliti oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yakni kemungkinan virus yang telah bermutasi bisa melepaskan diri dari antibodi setelah vaksinasi. "Keempat sifat itu yang kami upayakan sekarang. 5.000 sampai 10 ribu //sequence//, nah yang akan di-//sequence// itu adalah kalau ada kasus-kasus yang mencurigakan," kata dia menjelaskan. 

Adapun kasus-kasus mencurigakan yang dimaksud yakni jika tiba-tiba muncul klaster baru yang besar di satu daerah atau kemunculan virusnya sangat cepat. Kedua, pihaknya juga melihat jika ada kasus yang gambaran klinisnya sangat mirip dengan Covid-19 tetapi hasil tes PCR negatif. 

Ketiga, jika ada gejala klinis yang dinilai aneh juga akan dikejar. MIsalnya adalah gambaran klinis yang gejalanya tidak khas dan penyakitnya bertambah berat. "Keempat, kalau ada orang yang sudah pernah sakit, atau sudah divaksinasi lengkap tapi masih sakit. Itu yang kita cari," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement