Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dandie Hambaliana

Kiai yang Hobi Bermain Bola

Agama | Monday, 26 Apr 2021, 15:23 WIB

Darwis, panggilan masa kecil KH Ahmad Dahlan, tak pernah absen bermain bola bersama teman-temannya. Biasanya menjelang sore atau sehabis mengaji kepada kyai Kamaludiningrat di Masjid Gedhe Kauman. Mereka bermain sepak bola di alun-alun utara, atau sesekali di alun-alun selatan yang tak jauh dari rumahnya. (Dikutip dari halaman website Muhamadiyah garislucu)

Darwis dan kawan-kawannya biasanya bermain sepak bola tidak begitu banyak. Per tim biasanya tidak sampai kesebelasan pada umumnya, yang penting dapat bermain ceria dan berkompetisi secara sportif. Misalnya pada suatu sore hari, ia dan kawan kawannnya sekampung Kauman berkompetisi melawan anak-anak dari Kelurahan Ngadi Suryan di alun alun selatan. Permainan tersebut menjadi permainan yang barangkali tidak dapat dilupakan oleh darwis dan kawan kawanya. Sebab, bermain bola dengan anak anak Ngadi Suryan yang penuh kompetitif, tidak jarang Darwis menjadi korban keganasan lawan. Misalnya, dalam melakukan tackling atau diving pihak lawan kadang bertindak berlebihan. (M. Sanusi: kebiasaan inspiratif KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari)

Dan kalian juga harus tahu bahwa Darwis dalam bermain bola sangatlah pandai. Ini dibuktikan dengan Darwis menjadi penyerang kalau sekarang bisa di sebut dengan striker dimana tugasnya itu menjadi ujung tombak dalam permainan yaitu mencetak gol dan ini diceritakan dalam novel Sang Pencerah dimana Pono melambungkan bola dari wilayah pertahanan anak anak Kauman ke arah Darwis yang berlari kencang hampir menuju ke tengah lapangan. Tendangan Pono kuat dan terukur. Bola melambung tinggi tak terjangkau anak-anak Ngadi Suryan yang berlompatan mencoba menahan. Darwis terus maju beberapa meter sebelum melompat dan menahan bola yang jatuh persis di dada. Sempat terasa nyeri karena datangnya bola yang meluncur keras. Darwis datangkan arahkan bola ke ujung kaki kananya dan mulai mengocek bola.

Bahkan Darwis dalam permainan bola pernah merasakan kesakitatan ketika dia terjatuh karena diadang oleh temannya yaitu Karman, Darwis pada saat itu ingin menghindari dari tabrakan yang lebih keras dengan cara menahan bola dengan kakinya dan itu sangatlah fatal dan berakibat kakinya nyangkut di kaki Karman hingga Darwis terpelinting badannya hingga terbang beberapa detik dan akhirnya jatuh, dan itu mengakibatkan kepala Darwis terasa sakit dan pandangannya kabur.

Meskipun permainan itu mengakibatkan Darwis kalah, itu tidak mengecilkan hati Darwis tetapi Darwis tetap semangat walaupun ia mendapatkan luka dari lawannya, Darwis sejak kecil memang sudah memilki hati yang mulia yang berani memaafkan dan tidak mempunyai rasa dendam dan yang paling penting Darwis bisa menerima apa pun yang terjadi meski itu merugikan dirinya.

Apa yang dimainkan leh Darwis dan kawan-kawannya barangkali tidak memenuhi kriteria sebagai permainan sepak bola profesional. Akan tetapi secara tidak langsung ia telah mempraktikkan jiwa leadership dan kerja sama antara tim. Darwis, walaupun ia paling kecil di antara teman temannya, tidak menjadikan ia berkecil hati. Bahkan, ia menjadi pemimpin dalam sebuah permainan. Dari sanalah,kepemimpinan Darwis terlihat.

Tidak heran kiranya bila kelak Darwis menjadi orang besar dan berkarisma dalam membangun nilai berbangsa dan bernegara. Sejak kecil, Darwis secara alamiah memang memerankan sebagai seorang pemimpin yang di cintai. Ia meakukan relasi kerja sama dengan yang dipimpinnya. Dari situlah terlihat permainan yang dipimpin Darwis tidak hanya untuk kesenangan, namun lebih dari itu ia mampu membangun kerja sama sehingga muncul keselarasan tanpa iri dan dengki.

Menurut hemat penulis di sini KH. Ahmad Dahlan ingin mengajarkan kepada kita agar selalu bersikap rendah hati jangan sampai congkak apalagi dalam kehidupan kita, dimana kita akan menemukan berbagi masalah kehidupan.

il

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image