Kisah Sopir Ambulans 16 Tahun tak Ramadhan dengan Keluarga

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 28 Apr 2021 03:07 WIB

Kisah Sopir Ambulans 16 Tahun tak Ramadhan dengan Keluarga. Foto: Ambulans (ilustrasi) Foto: Antara Kisah Sopir Ambulans 16 Tahun tak Ramadhan dengan Keluarga. Foto: Ambulans (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Seorang pengemudi ambulans, Mujeeb Narimaddakkal, meninggalkan India menuju Dubai 16 tahun lalu. Sejak saat itu, dia belum pernah menghabiskan satu kali pun Ramadhan bersama keluarganya.

Bagi pria berusia 42 tahun ini, yang juga menjabat sebagai teknisi medis darurat (EMT) di Aster DM Healthcare, pekerjaan menjadi prioritas utama.

Baca Juga

Narimaddakkal bekerja sebagai staf transportasi dan pekerjaan administrasi hingga tiga tahun lalu, ketika dia menjalani pelatihan untuk secara resmi menjadi bagian dari tim tanggap darurat Rumah Sakit Aster di Mankhool.

"Cuti tahunan saya selalu bentrok dengan kolega. Jadi saya tidak merayakan Ramadhan dengan keluarga selama lebih dari 16 tahun," katanya dikutip di Khaleej Times, Selasa (27/4).

Ia merupakan seorang ayah dari tiga anak perempuan. Kali terakhir dia melihat keluarganya adalah pada November tahun lalu. Bagi Mujeeb, Ramadhan kedua di tengah pandemi Covid-19 ini sangat berbeda dengan bulan suci yang dialaminya tahun lalu.

Di hari kerja biasa, rata-rata dia mengangkut dua hingga tiga pasien darurat dari rumah ke rumah sakit. Namun selama puncak peraturan Covid-19, antara akhir Maret dan Mei 2020 lalu, dia bisa memindahkan setidaknya 20 pasien ke rumah sakit per shift.

"Kami bekerja selama 12 jam tanpa henti dan mengangkut setidaknya 20 pasien saat itu. Setiap harinya saya akan memakai perlengkapan APD dan memulai hari. Saya hanya melepasnya ketika tugas hari itu berakhir. Makan dengan menggunakan APD sangat menantang," katanya.

Selama waktu pelik itu, dia akan mengakhiri puasa hanya dengan dua botol air dan segenggam kurma yang disimpan di ambulans. Mujeeb mengaku tidak memiliki banyak waktu untuk makan. Jika beruntung, ia akan mendapat makanan dari hotel setelah mengantarkan pasien karantina ke hotel.

Setiap harinya, otoritas kesehatan akan memberinya lokasi pasien yang sakit kritis dan dia akan bergegas menyelamatkan mereka. Jadwal shiftnya dari jam 9 pagi sampai jam 5.30 sore dan shift malam dari jam 5 sore sampai jam 1.30 pagi.

"Biasanya, pekerjaan tidak berakhir pada shift malam. Kami masih menerima panggilan dan jika ada keadaan darurat, kami harus segera ke pasien dan membawanya ke rumah sakit," kata dia. Di satu sisi, ia merasa beruntung karena tinggal bersama beberapa kolega dan temannya di dekat rumah sakit.

Namun hari-hari itu telah berlalu. Di Ramadhan ini, pria asal Malappuram itu rata-rata hanya menerima dua hingga tiga pasien per shift.

Ia menyebut kondisi ini merupakan perubahan yang besar. Jumlah kasus Covid-19 telah berkurang drastis, jadi jumlah kasus yang ia lihat dan tangani sangat rendah.

Meskipun telah habis-habisan bertugas sebagai pahlawan garis depan, dia tidak pernah tertular Covid-19. Saat ini ia juga telah diberi vaksinasi Covid-19.

Menyelamatkan nyawa seseorang akan selalu menjadi prioritas bagi ekspatriat India ini. Tetapi ia tidak memungkiri jika selama Ramadhan yang bisa dia pikirkan hanyalah keluarganya.

"Selama ini saya merindukan mereka. Saya merindukan makanan rumahan ibu, serta camilan seperti samosa dan pisang goreng. Saya masih ingat rasanya," katanya. 

Terpopuler