Rabu 28 Apr 2021 12:30 WIB

Yang Dilakukan Rasulullah Selama Khalwat di Gua Hira

Rasulullah melakukan khalwat di Gua Hira hingga turun wahyu Alquran

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah melakukan khalwat di Gua Hira hingga turun wahyu Alquran. Gua Hira di Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Reuters/Ibrahim Abu Mustafa/ca
Rasulullah melakukan khalwat di Gua Hira hingga turun wahyu Alquran. Gua Hira di Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Diturunkannya wahyu surat Al Alaq 1-5 kepada Muhammad adalah peristiwa besar yang kemudian resmi menjadikan beliau seorang nabi dan rasul. 

 

Baca Juga

Para ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa turunnya Alquran (Nuzulul Quran) terjadi pada malam Lailatul Qadar.  

 

Menurut Ustadz Rafiq Jauhary Lc, saat wahyu ini diturunkan, Nabi Muhammad sedang melakukan khalwat di Gua Hira yang berada di Jabal Nur (10 kilometer arah timur laut dari Kota Makkah).  

 

Lalu apa yang dilakukan Rasulullah saat beliau berkhalwat? Mengutip pendapat mantan mufti agung Mesir, Syekh Ali Jumah, bahwa prinsip utama dalam melakukan khalwat ada empat yaitu qillatul kalam, qillatut tha'am, qillatul anam, dan qillatul manam. 

 

Qillatul Kalam (sedikit bicara) hal ini dilakukan agar seseorang yang sedang berkhalwat lebih fokus dalam berdzikir, tadabur, dan tafakkur. 

 

Qillatut tha'am (sedikit makan) seperti halnya puasa, mengurangi makanan terbukti dapat membuat seseorang lebih mudah dalam mengendalikan nafsu, melatih kesabaran, dan menambah rasa syukur.  

 

Qillatul anam (sedikit interaksi dengan manusia) walaupun Jabal Nur adalah sebuah gunung yang besar, namun bentuknya yang tinggi dan curam membuatnya sulit didaki oleh manusia. 

 

Begitupun Gua Hira yang ada disana, ia memiliki ukuran yang kecil sehingga tidak bisa dimasuki banyak orang, ini membantu Nabi Muhammad dalam menjaga konsentrasi.  

 

Qillatul manam (sedikit tidur) sekalipun kondisi sepi dan tidak banyak makan, bukan berarti berkhalwat adalah waktu yang tepat untuk tidur. Justru di saat ini ketika seseorang sudah sibuk bertafakkur, dia akan dibuat lupa waktu sehingga tidak merasakan waktu berjalan cepat sedangkan dirinya tidak sempat beristirahat. 

 

Dalam biografi para ulama yang ditulis Syekh Abdul Aziz asy-Syinawi, Imam Abu Hanifah sering kedapatan melakukan tafakkur dan tadabbur ayat Alquran semalaman di dalam masjid dalam keadaan berdiri. 

 

Beliau dikagetkan ketika ada seorang yang masuk ke dalam masjid, dikiranya hendak mengambil lampu penerangan, padahal fajar telah tiba dan adzab subuh harus dikumandangkan.  

 

Begitupun Imam Syafii, saat bertamu ke rumah Imam Ahmad bin Hanbal, beliau disediakan seember air untuk memudahkan beliau berwudhu di tengah malam. Namun di luar dugaan, air itu tidak tersentuh karena Imam Syafii tidak tidur semalaman dan mempertahankan wudhunya, beliau melakukannya karena sibuk dalam mentadabburi sebuah hadits. 

 

Inilah cara khalwat yang dilakukan Rasulullah dan para ulama, hal ini dapat kita contoh saat menjalani iktikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement