Jumat 30 Apr 2021 17:15 WIB

Pekan Imunisasi Dunia 2021 Gaungkan Pentingnya Vaksin

Pelaksanaan vaksin di masa pandemi mengalami banyak tantangan. 

Red: Agus Yulianto
Dengan mengusung tema Vaccines bring us closer, World Immunization Week 2021 yang dirayakan setiap tahunnya di pekan terakhir April.
Foto: dok. Istimewa
Dengan mengusung tema Vaccines bring us closer, World Immunization Week 2021 yang dirayakan setiap tahunnya di pekan terakhir April.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imunisasi merupakan salah satu investasi terbaik dalam kesehatan global dan memiliki peranan penting dalam mencapai 14 dari 17 Sustainable Development Goals (SDGs). Setiap tahun, biaya perawatan kesehatan mendorong sekitar 100 juta orang ke dalam kemiskinan, sehingga pelaksanaan imunisasi secara global pada tahun 2030 dapat membantu mencegah 24 juta rumah tangga di 41 negara berpenghasilan rendah dan menengah dari kemiskinan.

Dengan mengusung tema “Vaccines bring us closer”, World Immunization Week 2021 yang dirayakan setiap tahunnya di pekan terakhir April, menyampaikan pesan kepada seluruh dunia mengenai pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan melindungi hidup, melalui slogan Prevent (Mencegah); Protect (Melindungi) dan Immunise (Mengebalkan). Namun, tidak dapat dipungkiri pelaksanaan vaksin di masa pandemi mengalami banyak tantangan. 

Penilaian cepat dari Kementerian Kesehatan dan UNICEF yang dilakukan pada April 2020  terhadap lebih dari 5.300 fasilitas kesehatan di Indonesia, menunjukkan 84 persen responden mengatakan layanan imunisasi anak terganggu akibat COVID-19. Survei ini juga menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada April 2020 menurun 4,7 persen dibanding April tahun lalu. Hal ini menunjukkan tingginya risiko anak-anak terpapar penyakit serius seperti Infeksi Rotavirus dan Hepatitis A. 

Berdasarkan keterangan dr. Deliana Permatasari, GSK Vaccine Medical Director, infeksi rotavirus merupakan jenis virus yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan, dan menjadi penyebab umum diare dan muntah-muntah. Kasus diare rotavirus berat yang harus dirawat inap, kata dia, seringkali terjadi pada anak dalam kelompok usia 0-36 bulan, kelompok usia ketika anak-anak sangat rentan terhadap dehidrasi. 

"Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, terutama untuk menggantikan cairan yang keluar, rotavirus dapat menyebabkan kematian," kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/4). 

Vaksin rotavirus, sambung dia, merupakan pencegahan paling utama yang dapat dilakukan oleh parents untuk mencegah virus paling umum penyebab diare pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Tingginya angka kematian akibat rotavirus ini, kata dia, mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan perluasan imunisasi dasar saat ini dengan menambah vaksin rotavirus untuk menekan angka kematian bayi dan anak.

Dikatakan Deliana, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dengan pemberian dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dosis kedua diberikan dengan interval 4 minggu, selambat-lambatnya sebelum si kecil berusia 24 minggu. “Vaksin Rotavirus diberikan secara oral, tidak disuntikkan, sehingga parents maupun si kecil tidak perlu cemas akan jarum suntik,” tambahnya.

Selain rotavirus, penyakit endemis yang juga sering luput dari pencegahan adalah Hepatitis A. Infeksi virus Hepatitis A biasanya ditemukan pada negara dengan endemisitas tinggi, dimana infeksi biasanya terjadi sebelum anak berusia lima tahun dan sangat menular. 

Pentingnya pemberian vaksin hepatitis A sebagai pencegahan utama, kata dia, ditekankan oleh WHO yang merekomendasikan masuknya vaksin hepatitis A dalam program wajib imunisasi nasional bagi anak berusia 1 tahun ke atas yang tinggal di daerah dengan perubahan endemisitas hepatitis A tinggi ke sedang. 

Di Indonesia sendiri, hepatitis A pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) dimana tercatat hingga 957 kasus Hepatitis A di Pacitan pada tahun 2019. Berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2020, vaksin hepatitis A diberikan dalam 2 dosis pada periode usia 12 bulan – 18 tahun, serta bagi siapapun yang akan melakukan perjalanan ke wilayah endemis hepatitis A untuk melakukan imunisasi 2-4 pekan sebelum keberangkatan. 

Glaxo Smith Kline (GSK) sebagai perusahaan perawatan kesehatan global dengan teknologi sains terdepan senantiasa berupaya untuk membantu masyarakat berbuat lebih banyak, merasa lebih baik, dan hidup lebih lama. “Kami percaya bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara dapat diukur dari tingginya tingkat vaksinasi. Edukasi mengenai pentingnya vaksin harus menjadi agenda yang dilakukan secara kontinu, agar masyarakat betul-betul memahami manfaat mendapatkan vaksin tepat waktu dan tidak mudah terpengaruh informasi menyesatkan mengenai vaksin,” ujar Deliana.

Deliana juga menambahkan bahwa vaksinasi merupakan cara yang aman dan hemat untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa. “Saat ini tersedia vaksin untuk melindungi setidaknya 20 penyakit, seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. Vaksin-vaksin ini menyelamatkan hingga 3 juta nyawa setiap tahunnya,” paparnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement