Kamis 06 May 2021 09:49 WIB

LPT UMM Bantu Pulihkan Psikologis Penyintas Gempa

Kegiatan ini akan fokus pada psikososial untuk anak-anak penyintas gempa.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Labolatorium Psikologi Terapan (LPT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan bantuan psikososial untuk penyintas bencana gempa di Malang Selatan.
Foto: Humas UMM
Labolatorium Psikologi Terapan (LPT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan bantuan psikososial untuk penyintas bencana gempa di Malang Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Labolatorium Psikologi Terapan (LPT) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerjunkan tim yang beranggotakan enam orang ke wilayah terdampak gempa di Malang Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan psikososial bagi penyintas bencana.

Relawan LPT UMM, Yogha Setiawan, mengatakan, kegiatan psikososial di Desa Jogomulyan akan berlangsung selama satu pekan. Kegiatan ini akan fokus pada psikososial untuk anak-anak penyintas gempa.

Baca Juga

Menurut Yogha, para penyintas tidak hanya mengalami dampak kesehatan dan logistik akibat gempa. Mereka juga mendapatkan guncangan psikologis setelah tertimpa bencana. "Agar tidak mempengaruhi aktivitas para penyintas kedepannya, kami dari tim LPT memberikan bantuan psikososial untuk mengurangi efek dari bencana gempa tersebut,” ungkap mahasiswa Psikologi UMM tersebut.

Rangkaian program psikososial meliputi Psychology First Aid (PFA), kegiatan menggambar dan bernyanyi. PFA merupakan rangkaian pertolongan pertama untuk menangani psikologi anak-anak. Sementara kegiatan menggambar dan menyanyi bertujuan untuk mengalihkan perhatian anak-anak pada kegiatan yang menyenangkan.

"Selain itu, ada juga kegiatan edukasi mitigasi bencana melalui lagu," jelasnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (5/5).

Yogha berharap kegiatan ini dapat membantu meringankan beban psikologi para penyintas terutama anak-anak. Dngan kegiatan-kegiatan ini, mereka setidaknya dapat mengurangi rasa cemas, khawatir, dan takut. Dengan demikian, anak-anak tidak akan memiliki kenangan traumatis terkait bencana alam ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement