Senin 10 May 2021 15:56 WIB

Pertamina Geothermal Energy Produksi 4.618 GWh Listrik

Pencapaian di atas target tersebut karena pelaksanaan operation excellence

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Pembangkit Listrik Geothermal milik Pertamina di Lahendong, Sulawesi.
Foto: Dok. Pertamina
Pembangkit Listrik Geothermal milik Pertamina di Lahendong, Sulawesi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mencatatkan produksi setara listrik atau electric volume produce Geothermal sebesar 4.618,27 GWh sepanjang 2020. Adapun realisasi ini tumbuh 14 persen dari target yang telah ditetapkan pada 2020 sebesar 4.044,88 GWh. 

Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto mengatakan pencapaian di atas target tersebut karena pelaksanaan operation excellence yang didukung implementasi Geothermal Integrated Management System. Pencapaian PGE menyumbangkan 31 persen produksi geothermal nasional 2020 yang ditetapkan Kementerian ESDM sebesar 14.774 Giga Watt Hour (GWh).

“PGE terus berkomitmen untuk meningkatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi (energy mix) nasional menjadi 23 persen pada 2025 pada sektor panas bumi dengan strategi bisnis yang terukur untuk menjadi World Class Green Energy Company. Ke depannya  PGE menargetkan untuk mengoperasikan PLTP dengan kapasitas own operation 1,3 Gigawatt (GW) pada 2030,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/5).

Yuniarto merinci Area Geothermal (AG) Kamojang mencatat produksi setara listrik sebesar 1.650 GWh atau lebih tinggi 13 persen dari target RKAP 2020 sebesar 1.454 Gwh. AG Lahendong mencatat produksi setara listrik sebesar 828 GWh atau lebih tinggi 10 persen dari target sebesar 754 GWh.

Kemudian, AG Ulubelu mencatat produksi setara listrik sebesar 1.613 GWh atau lebih tinggi 21 persen dari target sebesar 1.335 GWh. Lalu, AG Lumut Balai mencatat produksi setara listrik sebesar 442 GWh atau lebih tinggi 12 persen dari target sebesar 395 GWh.

“Selain menjaga pasokan listrik dari pembangkit yang telah dioperasikan, PGE juga melakukan kajian dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi untuk pembangkitan energi listrik dari wilayah operasi eksisting. Adapun area yang menjadi fokus awal dalam kajian ini adalah Area Ulubelu (Lampung) dan Area Lahendong (Sulawesi Utara),” katanya.

Menurutnya saat ini PGE mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi, di dalam wilayah kerja tersebut telah terbangkitkan listrik panas bumi sebesar 1877 MW, terdiri dari 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation) oleh PGE dan 1205 MW dikelola melalui kontrak operasi bersama.

“Kapasitas terpasang panas bumi di Wilayah Kerja PGE tersebut berkontribusi sekitar 88 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sekitar 9,5 juta ton CO2 per tahun,” ucapnya.

Yuniarto menyebut penghematan juga merupakan salah satu kunci dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 di sepanjang 2020, dari anggaran biaya operasional yang sudah direncanakan, PGE dapat melakukan efisiensi biaya operasi sebesar sembilan persen. PGE juga mendukung strategi pemerintah dalam me-utilisasi produk-produk dalam negeri. “Untuk penerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) PGE telah menerapkan Pemanfaatan TKDN sebesar 63,39 persen melebihi target yang telah direncanakan 2020 sebesar 25 persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement