Ahad 16 May 2021 15:02 WIB

Epidemiolog Ingatkan Peningkatan Covid-19 Usai Lebaran

Pemerintah diminta bersiap antisipasi lonjakan kasus Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Foto udara sejumlah kendaraan antre saat melintasi pos pemeriksaan kesehatan arus balik di Tol Jakarta-Cikampek KM 34 B di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (16/5/2021). Kementerian Perhubungan memprediksi arus balik pemudik untuk kembali ke Jabodetabek (Jakarta,Bogor,Depok,Tangerang,Bekasi) pada 16 sampai dengan 20 Mei 2021.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Foto udara sejumlah kendaraan antre saat melintasi pos pemeriksaan kesehatan arus balik di Tol Jakarta-Cikampek KM 34 B di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (16/5/2021). Kementerian Perhubungan memprediksi arus balik pemudik untuk kembali ke Jabodetabek (Jakarta,Bogor,Depok,Tangerang,Bekasi) pada 16 sampai dengan 20 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 dikhawatirkan akan meningkat usai libur Idul Fitri 2021. Alasannya, intervensi yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlalu ketat.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani mengingatkan kasus Covid-19 di Tanah Air bisa meningkat usai libur Lebaran. "Menurut saya tetap akan ada risiko kenaikan kasus Covid-19 pascalebaran," kata Laura saat dihubungi Republika, Ahad (16/5).

Baca Juga

Sebab, dia melanjutkan, intervensi yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlalu ketat. Banyak masyarakat dengan sengaja melanggar larangan mudik melalui jalan tikus tanpa pengawasan dari pemerintah.

Tak hanya itu, dia melanjutkan, kegiatan atau kerumunan juga masih terjadi. Kendati demikian, Laura tak  mampu prediksi berapa banyak lonjakan kasus Covid-19.

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, ia meminta pemerintah bisa konsisten dan tetap melakukan upaya pelacakan kasus. Ia menambahkan, ini terkait upaya 3T yaitu tes, pelacakan, hingga isolasi.

Kemudian, ia meminta upaya testing harus sesuai rekomendasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO). Artinya, dia melanjutkan, kapasitas testing bisa ditambah.

Selain itu, ia meminta pemerintah bisa melakukan upaya untuk mengurangi penyebaran kasus dan bisa mengontrol positivity rate. Sebab, dia melanjutkan, positivity rate Indonesia saat ini masih sekitar 15 persen, padahal WHO menetapkan idealnya positivity rate di bawah 5 persen.

"Itu juga masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah," katanya. Selain itu, Laura meminta upaya-upaya antisipasi lainnya terus dipersiapkan. Ia meminta tenaga kesehatan hingga tempat tidur di rumah sakit harus disiapkan menghadapi ancaman kenaikan kasus pascaLebaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement