Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image kikih muktianing

Concious Consumerism Bantu Lingkungan?

Gaya Hidup | Tuesday, 08 Jun 2021, 11:51 WIB

Hubungan manusia dengan manusia sangat dekat. Manusia bergantung banyak demi melangsungkan hidupnya terhadap lingkungan, begitupun sebaliknya. Kepedulian manusia terhadap lingkungan akan memberikan dampak yang yang besar dalam mempertahankan hidupnya. Manusia mendapatkan banyak manfaat dari lingkungan. Untuk itu penting bagi manusia untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Hanya manusia yang dapat menggunakan kehendaknya untuk mengontrol perilaku mereka dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan.

Sering diketahui permasalahan mengenai lingkungan berasal dari perilaku masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan. Perilaku acuhnya manusia terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang. Kebiasaan masyarakat yang tidak peduli kepada lingkungan suatu hal yang terkadang tidak disadari oleh masyarakat. Perilaku tersebut salah satunya konsumerisme.

Masyarakat modern saat ini lebih mudah tergiur dengan berbagai produk yang dapat memberikan nilai tanda bagi mereka. pola konsumerisme sekarang ini sering tidak disadari dapat memberikan berkas kepada lingkungan. Hal ini lah yang menjadikan banyaknya sisa sampah yang dihasilkan dari sebuah produk yang memiliki kemasan. Produk berkemasan seringkali terbuat dari plastik.

Penggunaan plastik seringkali menjadi pilihan sebagai kemasan mengingat karakter plastik yang tahan air, tidak muda rusak, ringan, dan mudah dibentuk. Akan tetapi, tidak sepenuhnya kemasan plastik menjadi efektif ketika dapat berdampak pada lingkungan. Plastik sendiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu thermosetting dan termoplastik. Perbedaan pada keduanya adalah kemungkinan dapat didaur ulang.

Pada kelompok plastik termoseting tidak dapat didaur ulang kembali menjadi plastik karena sifatnya yang pada dan tidak dapat dicairkan. Berbeda dengan thermoplastik yang kemungkinan dapat di daur ulang kembali menjadi plastik karena dapat dicairkan dan dibentuk kembali.

Meskipun terdapat plastik yang dapat didaur ulang kembali menjadi plastik, tidak dapat membantu mengurangi tingkat pencemaran akibat sampah plastik. Menurut kementrian Lingkungan Hidup (KLH) setiap penduduk di Indonesia menghasilkan 0,8 kilogram sampah plastik atau sekitar 189 ribu ton sampah perhari(Cordova, 2017). Banyaknya sampah yang dihasilkan tidak sepenuhnya berakhir di tempat penampungan akhir. Seringkali sampah plastik ditemukan di sungai, di laut, dan di tanah. Perilaku masyarakat yang tidak membiasakan buang sampah pada tempatnya akan berakhir lingkungan yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Emisi gas yang dihasilkan akibat penggunaan bahan bakar minyak yang digunakan seringkali dilupakan oleh masyarakat. Penggunaan di atas batas wajar dapat menyebabkan permasalahan lingkungan seperti efek rumah kaca. Batu bara dapat menyebabkan kerusakan lingkungan serta ekosistem yang ada di alam. Banyak permasalahan lingkungan yang digubakan oleh manusia secara berlebihan.

Upaya zero waste untuk mengurangi sampah plastik daan kerusakan adalah solusi yang besar, mengingat aktivitas masyarakat yang tidak mudah untuk terhindari plastik dan kebutuhan seperti listrik serta bahan bakar minyak. Mulai dari pelayanan dan kebutuhan masyarakat masih melibatkatkan plastik.

Masyarakat harus menghindari berbagai macam hal yang menggunakan sampah plastik, hal tersebut menjadi yang rasa cukup berat bagi pribadi masyarakat untuk mengubah kebiasaan. Bagi masyarakat mengubah perilaku secara sekaligus tanpa sampah akan lebih terasa berat. Oleh karena itu, dengan hanya mengurangi pembelanjaan daripada kebiasaan sebelumnya merupakan tahapan ecil yang akan membantu dampak besar jangka panjang.

Tahapan dalam mengurangi kebiasaan konsumerisme adalah dengan adanya kesadaran yang ada dalam diri pribadi. Dalam hal ini sering kali disebut dengan istilah conscious consumerism, hal ini merupakan kesadaran yang ada dalam diri masyarakat. Ketika belanja sering merasa tidak sadar produk apa yang dibeli. Oleh karena itu, dalam sebuah produk perlu mempertimbangkan esensi setiap produk yang akan dikonsumsi.

Dengan adanya kesadaran dalam membeli sebuah produk merupakan hal yang penting untuk diterapkan diseluruh pribadi masyarakat. Bentuk kepedulian masyarakat mengenai kesadaran perilaku konsumtif ini dapat disebut dengan istilah ECCB atau kepanjang dari environmentaly conscious consumer behavior. Kesadaran akan dampak lingkungan dari produk maupun jasa mampu mengurangi dampak dari kerusakan akan lingkungan (Prasetyani, 2013).

Terdapat tiga indikator yang dapat menentukan bahwa termasuk dalam ecologically conscious consumer behavior (ECCB) menurut Robert dan Bacon (Roberts & Bacon, 1997):

1. Menggunakan produk daur ulang

Menggunakan produk daur ulang sebisa mungkin, banyak limbah kemasan produk yang masih dapat digunakan kembali. Hal ini membantu mengurangi sampah kemasan produk.

2. Menggunakan produk yang mudah terurai

Saat ini banyak produk yang sudah eco friendly, bertahannya produk tersebut dalam pemasaran tergantung dari perimbangan konsumen. Mengkonsumsi produk mudah terurai merupakan pilihan yang bijak. Hal ini dikarenakan masih banyaknya produk dalam masyarakat yang sulit mudah terurai. Seminimal mungkin untuk menghemat bahan bakar minyak

3. Menghemat Bahan Bakar Minyak

Menghemat energi terkadang sering dilupakan oleh masyarakat. Hal ini karena kelalaian yang ada dalam masyarakat yang sering melupakan hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kebiasaan ini perlu kesadaran dalam masyarakat. Aktivitas masyarakat seringkali memerlukan bahan bakar untuk mempermudah menjalankan aktivitasnya. Sering kali terjadi fenomena dimana masyarakat memilih kendaraan bermotor untuk menempuh jangkauan kurang dari 100 meter. Hal tersebut merupakan bentuk dari pemborosan dari bahan bakar, mengingat apabila menempuhnya dengan jalan kaki atau mengendarai sepeda. Hal ini merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh masyarakat.

4. Menggunakan lampu hemat energi.

Energi listrik merupakan kebutuhan yang sering ditemui di kehidupan masyarakat modern saat ini. Emisi yang diberikan juga merupakan kendala yang besar perlu pertimbangan dari masyarakat untuk memperhatikan. Seringkali ditemui acara yang besar menggunakan energ listrik secara besar-besaran disiang hari tanpa memperhatikan dampak untuk lingkungan.

5. Pembelian produk berdasaran pertimbangan terhadap kelestarian kelingkungan

Diskon yang besar membuat kita selalu berpikir mendapatkan produk yang jauh lebih banyak. Akan tetapi, apakah benar-benar butuh hal barang tersebut ataukah hanya keinginan karena harga yang lebih mudah? Hal inilah yang seringkali ditemui dalam kehidupan masyarakat, dimana masyarakat menyukai mendapatkan bonus tanpa memperhatikan esensi produk yang didapatkan. Padahal apabila kita membeli produk yang diluar dari kebutuhan kita hanya menghasilkan sisa atau bahkan bisa jadi menjadi permasalah lingkungan lain seperti food waste.

6. Mengurangi konsumsi listrik dengan bijak

Konsumsi listrik sering kali menjadi permasalahan pada zaman sekarang yang teknologi yang digunakan menggunakan energi listrik untuk menjalankanya. Oleh karena itu, penggunaan energi listrik hendaknya digunakan seperlunya dan perlu berlebihan.

Pada keenam indikator tersebut tidak hanya menentukan mengenai sampah plastik saja, melainkan kesadaran konsumsi penggunaan energi listrik juga perlu dipertimbangkan. Hal ini juga berkaitan dengan permintaan dan penawaran. Permintaan yang berlebihan atau konsusi yang berlebihan maka produksi yang dihasilkan juga besar-besaran. Oleh karena itu, pentingnya bagi masyarakat untuk menerapkan mindset menegtani concious consumerism.

Referensi

Cordova, M. R. (2017). Pencemaran Plastik Di Laut. Oseana, 42(3), 21–30.

Prasetyani, A. (2013). HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED CONSUMER EFFECTIVENESS (PCE) DENGAN ECOLOGICALLY CONSCIOUS CONSUMER BEHAVIOR (ECCB) PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN.

Roberts, J. A., & Bacon, D. R. (1997). Exploring the subtle relationships between environmental concern and ecologically conscious consumer behavior. Journal of Business Research, 40(1), 79–89.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image