Kamis 10 Jun 2021 11:31 WIB

Beribadah Hingga Datangnya Yakin

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).(Qs. Al-Hijr/ 99)

Red: Agung Sasongko
Ibadah (Ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ibadah (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ina Salmah Febriani

 

Perjalanan spiritual manusia dalam mengenal dan mendekat pada Tuhannya memang beragam, penuh rintangan dan tingkatan. Terkadang seseorang yakin dan mantap dalam beribadah dan menerima takdir-Nya, tapi sebaliknya, rasa ragu menghujam dada ketika apa yang diharapkan belum terkabul adanya atau keimanan tengah diuji ketika menerima takdir yang belum sejalan dengan apa yang diinginkan. Sebenarnya, bagaimana yakin ini dalam perspektif al-Qur’an?

Kata yakin terambil dari Bahasa Arab (yaqin) yang berarti hilangnya syak (keraguan), demikian menurut Ibn Faris. Ada istilah ‘ilmu al-yaqin dan tidak ada istilah ma’rifat al-yaqin. Ia adalah ketenangan pemahaman disertai dengan kemantapan putusan. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa yakin melebihi iman, karena iman pada tahap pertama masih selalu disertai tanda tanya dan semacam keraguan sedang yakin adalah hilangnya keraguan dan hati berada dalam kemantapan. Lalu, mengapa ayat di atas menyebut maut (kematian) sebagai yaqin?

Maut (kematian)—seperti ayat yang dikutip pada awal tulisan dinamai sebagai ‘yaqin’ karena tidak seorangpun manusia, apapun agama dan kepercayaannya, jenis kelamin dan suku bangsanya kecuali mengakui (tanpa keraguan sedikitpun) bahwa kematian adalah kepastian, baik sekarang ataupun nanti, tua maupun muda, sehat maupun yang tengah diuji dengan penyakit, seluruh manusia akan menemui ajal (batas akhir) masing-masing dengan waktu yang masih menjadi rahasia-Nya.

Jika kematian dilukiskan al-Qur’an melalui lafadz ‘yaqin’, bagaimana car akita memupuk keyakinan (baik) terhadap Allah sepanjang hidup? Sementara kita tahu, sekelas Kekasih Allah (Khalilullah), Nabi Ibrahim as saja, pernah diliputi keraguan dan hatinya belum mantap soal bagaimana Allah menghidupkan dan mematikan makhluk ciptaan-Nya. Dialog luar biasa ini diabadikan dalam Qs. Al-Baqarah/2: 260.

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَعْتَذِرُوْنَ اِلَيْكُمْ اِذَا رَجَعْتُمْ اِلَيْهِمْ ۗ قُلْ لَّا تَعْتَذِرُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ لَكُمْ قَدْ نَبَّاَنَا اللّٰهُ مِنْ اَخْبَارِكُمْ وَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Mereka (orang-orang munafik yang tidak ikut berperang) akan mengemukakan alasannya kepadamu ketika kamu telah kembali kepada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Janganlah kamu mengemukakan alasan; kami tidak percaya lagi kepadamu, sungguh, Allah telah memberitahukan kepada kami tentang beritamu. Dan Allah akan melihat pekerjaanmu, (demikian pula) Rasul-Nya, kemudian kamu dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

(QS. At-Taubah ayat 94)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement