Kamis 17 Jun 2021 08:15 WIB

Berkat Video Kesehatan Mental, Mahasiswa UMM Juara

Pemahaman masyarakat Indonesia tentang kesehatan mental masih belum maksimal.

Red: Hiru Muhammad
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shafira Firdausa Brilliani berhasil meraih juara tiga pada perlombaan nasional Promosi Video Kesehatan Mental.
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shafira Firdausa Brilliani berhasil meraih juara tiga pada perlombaan nasional Promosi Video Kesehatan Mental.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shafira Firdausa Brilliani berhasil meraih juara tiga pada perlombaan nasional Promosi Video Kesehatan Mental. Perlombaan itu diselenggarakan  Asosiasi Psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APSI PTM) pada Rabu (9/6).

Briliani mengatakan, saat ini pemahaman masyarakat Indonesia tentang kesehatan mental masih belum maksimal. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya orang yang menyepelekan gangguan mental dan enggan untuk pergi ke psikiater ketika mengalaminya. Untuk menghapus stigma negatif tersebut, Briliani membuat video edukasi kesehatan mental berjudul "Terbunuh Stigma".

Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang kesehatan mental, Brilliani mengaku prihatin dengan stigma negatif yang ada di masyarakat. Banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Mereka hanya memendamnya sendiri dan tidak ingin mendapat bantuan profesional. "Bahkan ada yang tidak sadar bahwa mereka tengah berada di kondisi mental yang tidak baik," katanya.

Stigma negatif masyarakat terhadap pengidap gangguan mental nyata adanya. Orang-orang tidak ingin pergi ke psikolog maupun psikiater untuk berobat karena alasan khawatir disebut sebagai orang gila. Lebih parah lagi, mereka takut dianggap sebagai aib keluarga. "Kalau hal ini terus berlanjut, bisa-bisa orang yang mentalnya tidak sehat malah ‘terbunuh’ karena stigma tersebut,” ungkap mahasiswa kelahiran Bangkalan tersebut.

Untuk membuat satu video, Briliani memerlukan waktu hampir tiga minggu. Proses tersebut meliputi kesiapan materi, konsep video, properti, proses syuting, sampai editing. Hebatnya, Brilliani melakukan semuanya sendiri. Briliani tak menampik waktu menjadi salah satu kendalanya dalam membuat video. Ia harus pintar membagi waktu antara kuliah, kerja dan membuat video. 

Di samping itu, Briliani dalam keterangan resminya Kamis (16/6) mengaku tidak memiliki kamera profesional. Namun untungnya ada teman yang bersedia meminjamkan kamera kepadanya untuk berkarya dan memenangi lomba tersebut. "Untuk kendala editing, untungnya tidak ada karena saya sudah ada bekal editing sejak SMA,” jelasnya.

Pada tahap awal mengikuti lomba, Briliani mengaku, sempat minder. Hal ini karena hampir semua peserta tergabung dalam berkelompok sedangkan dua seorang sendiri. Ditambah lagi, video tim-tim lain juga bagus. "Namun, Alhamdulillah saya berhasil memperoleh juara tiga. Saya juga tidak berencana berhenti sampai di sini saja, tapi akan mengembangkan kreativitas sehingga bisa mengikuti dan memenangi kompetisi lainnya,” katanya.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement